Liputan6.com, Jakarta - Ajang lari, baik kompetisi maupun sekadar untuk bersenang-senang, diminati banyak orang. Tak terkecuali dengan Marina Suntastic Run 2025 yang bakal berlangsung pada 25 Mei 2025 dengan titik start dan finish di Plaza Sudirman Gelora Bung Karno (GBK).
Itu merupakan event fun run pertama dari Marina yang menargetkan 1.300 peserta perempuan dari berbagai usia dan profesi namun memiliki semangat yang sama untuk tetap aktif berolahraga. Tujuannya adalah mengajak para perempuan untuk tetap berkegiatan di luar rumah tanpa khawatir efek buruk dari paparan sinar matahari.
Meski perdana, antusiasme peserta membludak. Dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 29 April 2025, kuota tiket yang tersedia ternyata habis hanya dalam kurun waktu seminggu sejak dibukanya pendaftaran.
Menyambut puncak acara, Marina menggelar berbagai pra-event yang melibatkan banyak perempuan. Salah satunya Road to Marina Suntastic Run 2025: Sun, Pace, Fun, yang berlangsung pada Minggu, 27 April 2025, di area Car Free Day, FX Senayan, Jakarta. Total 30 perempuan aktif berlari bersama untuk menjalankan misi edukasi tentang pentingnya melindungi kulit dari sinar UV.
"Perempuan masa kini harus bisa tampil percaya diri dan berani menginspirasi. Jangan biarkan sinar matahari membatasi aktivitasmu, karena banyak kesempatan maupun peluang yang bisa diraih dengan beraktivitas di luar ruang," kata Elfia Rahmi sebagai Senior General Manager Brand Investment & Consumer Engagement Cosmetics & Consumer Marina.
Bahaya Paparan Sinar UV pada Risiko Kanker Kulit
Selain berlari, acara tersebut juga menghadirkan sesi edukasi bersama dermatologis guna membangun pemahaman akan pentingnya perlindungan kulit dari paparan sinar matahari berlebihan dan mencegah resiko kanker kulit dalam jangka panjang. Dokter spesialis kulit, dr. Margaretha Indah Maharani, SpDVE, FINSDV, FAADV menekankan pentingnya penggunaan sunscreen bagi perempuan aktif yang sering beraktivitas di luar ruangan.
Ia menjelaskan bahwa paparan sinar UV berlebihan tidak hanya berisiko merusak sel DNA kulit, namun dalam jangka panjang juga dapat memicu kanker kulit.
"Fakta bahwa jumlah kasus kanker kulit di Indonesia menempati urutan ketiga dalam 10 jenis kanker utama pada wanita, semakin memperjelas bahwa bahaya kanker kulit tak bisa dianggap remeh. Karena itu, penggunaan sunscreen merupakan salah satu langkah perlindungan terbaik untuk melindungi kulit," jelas dr. Margaretha.
Zelanjutnya, Marina bakal menggelar berbagai rangkaian acara lain menuju acara puncak Marina Suntastic Run 2025 dalam rangka meningkatkan kesadaran pentingnya perlindungan kulit untuk menekan risiko kanker kulit, di antaranya program roadshow edukatif di Jakarta dan Bogor dengan mengunjungi sekolah dan kampus.
Apa Itu Kanker Kulit?
Mengutip laman Indonesia Cancer Community, Jumat, 2 Mei 2025, kanker kulit merupakan kanker yang terjadi akibat keganasan sel basal, keratinosit dan melanosit. Jenis kanker ini adalah salah satu yang umum terjadi di Indonesia. Terdapat sekitar 6.170 kasus kanker kulit non-melanoma dan 1.392 kasus kanker kulit melanoma pada 2018.
Dua tipe kanker kulit yang paling umum terjadi adalah karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa. Kedua tipe ini dapat disembuhkan, tetapi akan meninggalkan bekas. Melanoma, tipe kanker kulit yang ketiga, adalah tipe yang lebih berbahaya dan banyak menyebabkan kematian. Kebanyakan dari tiga tipe kanker kulit ini disebabkan oleh paparan sinar UV.
Sinar ultraviolet (UV) adalah jenis radiasi tak terlihat yang berasal dari matahari, tanning bed, dan sunlamps. Sinar UV dapat menembus dan mengubah sel-sel pada kulit.
Terdapat tiga jenis sinar UV, yaitu sinar ultraviolet A (UVA), ultraviolet B (UVB), dan ultraviolet C (UVC). Sinar UVA lebih banyak mencapai permukaan bumi dibandingkan sinar UV lainnya. Dari kekuatan penetrasi, sinar UVA dapat menembus kulit manusia dan merusak jaringan ikat dan DNA kulit.
Teknik ABCDE untuk Periksa Mandiri Potensi Kanker Kulit
Sementara, kebanyakan sinar UVB diabsorbsi oleh lapisan ozon, dan sedikit yang dapat sampai ke permukaan bumi jika dibandingkan dengan sinar UVA. Sinar UVB membantu pembentukan vitamin D pada kulit, tidak menembus kulit sedalam UVA, akan tetapi tetap dapat membuat kulit terbakar dan merusak DNA kulit
Terakhir, sinar UVC sangatlah berbahaya. Sinar UVC diabsorbsi secara sempurna oleh lapisan ozon dan tidak mencapai permukaan bumi.
Mengutip kanal Health Liputan6.com, dokter spesialis dermatologi dan venereologi RS EMC Cikarang, Hadi Firmansyah, menyatakan bahwa pemeriksaan rutin dapat membantu mendeteksi kanker kulit lebih awal. Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam pemeriksaan kanker kulit, di antaranya pemeriksaan mandiri dengan mengamati perubahan mencurigakan pada kulit dan tahi lalat.
Teknik tersebut dikenal dengan teknik ABCDE, singkatan dari:
A (Asymmetry): Bentuk tahi lalat tidak simetris.
B (Border): Tepi tahi lalat tidak beraturan.
C (Color): Warna bervariasi atau tidak merata.
D (Diameter): Ukuran lebih dari 6 mm.
E (Evolving): Mengalami perubahan bentuk, warna, atau ukuran seiring waktu.
Jika ditemukan kelainan kulit yang mencurigakan, dokter dapat melakukan dermatoskopi atau biopsi kulit untuk analisis lebih lanjut. "Dermatoskopi dilakukan dengan alat khusus untuk memperbesar tampilan kulit, sedangkan biopsi melibatkan pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium,"” tulis Hadi di laman EMC dikutip Jumat, 28 Februari 2025.