Liputan6.com, Jakarta - Dalam beberapa minggu terakhir, media sosial diramaikan video pria yang memangkas, bahkan mencukur habis bulu mata mereka. Tren ini terlihat di berbagai tempat, mulai dari Turki hingga Selandia Baru, yang bertujuan memberikan tampilan lebih maskulin.
Mengutip CNN, Kamis (1/5/2025), beberapa tukang cukur menggunakan gunting rambut elektrik untuk memangkas bulu mata, sementara yang lain memakai gunting biasa. Namun, tindakan ini tentu bukan tanpa risiko.
Vickie Lee, konsultan bedah mata dan okluplastik di Imperial College London, menekankan pentingnya bulu mata untuk melindungi mata dari debu dan kotoran, serta menjaga kelembapan dan kesehatan mata. Dia memperingatkan bahwa memotong atau merapikan bulu mata dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan iritasi, serta berpotensi menyebabkan cedera pada mata.
"Bulu mata membantu mengurangi aliran udara di atas mata, menjaga kelembapan, menjaga mata tetap sehat dan nyaman, menyaring sinar matahari yang intens, mengurangi silau, serta meningkatkan kualitas penglihatan," kata Vickie.
Di tengah iklim politik yang semakin maskulin, tren ini mungkin mencerminkan keinginan beberapa pria menekan aspek penampilan mereka yang dianggap feminin. Tokoh-tokoh, seperti Andrew Tate dan Mark Zuckerberg, telah menyuarakan dukungan untuk lebih banyak energi maskulin, yang mungkin memengaruhi pandangan pria tentang maskulinitas.
Bahkan, tokoh politik, seperti Wakil Presiden AS JD Vance, terjebak dalam perdebatan ini. Selama debat pemilihannya, spekulasi tentang penggunaan eyeliner untuk menonjolkan bulu mata gelapnya jadi topik hangat di internet.
Tradisionalisme Gender dan Pandangan Politik
Apakah ini hanya tren sementara atau mencerminkan perubahan lebih besar dalam pandangan sosial tentang gender? Yang pasti, tren memangkas bulu mata menyoroti bagaimana standar kecantikan dan maskulinitas terus berkembang di era media sosial.
Meski tidak ada tukang cukur bulu mata yang mau berkomentar tentang ini, CNN berbicara dengan seorang pria yang memiliki bulu mata panjang, Spencer Bailey, yang berusia 48 tahun. "Saya mendapat banyak kecaman selama bertahun-tahun tentang bulu mata saya yang tebal dan gelap," kata profesional TI yang tinggal di London itu.
Bulu mata yang berkilau telah jadi penanda kewanitaan atau daya tarik selama berabad-abad. Hal ini digambarkan dalam seni, termasuk karya John Singer Sargeant dan Pablo Picasso, puisi Thomas Hood, dan sastra oleh F. Scott Fitzgerald.
Mungkin ada keharusan evolusi juga. Penelitian ilmiah tahun 2005 menemukan bahwa wanita dengan wajah lebih menarik memiliki kadar hormon seks estrogen yang lebih tinggi. Ini juga setara dengan peningkatan kesuburan dan sifat genetik yang menarik dalam hal reproduksi.
Meningkatnya Energi Maskulin
"Makin konservatif, regresif, atau mungkin makin 'tradisional' suatu masyarakat, makin besar upaya mereka untuk mencoba menciptakan dua jenis kelamin yang tampak sangat berbeda satu sama lain," kata Meredith Jones, profesor kehormatan studi gender di Universitas Brunel London, pada CNN.
"Bulu mata adalah biner yang kuat," kata Jones. "Saat ini, ada tren bagi satu jenis kelamin untuk memiliki bulu mata yang sangat panjang, tebal, dan hitam. Ini dianggap sebagai indikator feminitas 'luar biasa' yang tinggi, dan oleh karena itu, kebalikannya harus 'benar' berlaku untuk lawan jenis."
Menurutnya, JD Vance yang diejek karena penampilannya mengenakan riasan mata selama pemilihan umum sangat menarik. "Karena Presiden Trump jelas mengenakan riasan, tapi riasannya berupaya membuatnya tampak lebih kecokelatan, lebih kencang, lebih berotot, lebih maskulin," terangnya.
Maskara Tetap Jadi Riasan Utama
Sementara itu, para influencer dan selebritas tampaknya menghindari bulu mata tebal dalam apa yang kemudian dijuluki gerakan #fullfacenomascara. Mungkinkah perempuan juga menjauh dari tren bulu mata panjang yang merupakan ciri khas wanita?
Sementara tren tanpa maskara telah mendapat perhatian, dengan semakin banyak orang memamerkan bulu mata alami mereka sebagai bagian dari pergeseran yang lebih luas menuju kecantikan minimalis, maskara tetap jadi salah satu produk kosmetik yang paling banyak digunakan.
Clare Hennigan, analis utama kecantikan dan perawatan pribadi di firma riset Mintel, mengatakan pada CNN, "Maskara tetap jadi riasan mata yang paling umum digunakan di AS," yang menunjukkan bahwa "tren tanpa maskara akan membutuhkan waktu yang cukup lama, jika memang akan diadopsi secara luas."