Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya menyoroti empat tantangan utama sektor ekonomi kreatif Indonesia. Keempatnya adalah skema pembiayaan berbasis kekayaan intelektual yang belum optimal, keterbatasan literasi keuangan, serta minimnya insentif khusus dan akses investasi bagi pelaku ekonomi kreatif (ekraf).
"Banyak pelaku ekraf belum bankable, karena asetnya bersifat tidak berwujud. Karena itu, pembiayaan berbasis kekayaan intelektual perlu terus dikembangkan," kata Menekraf saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Rabu, 30 April 2025, melalui rilis pada Lifestyle Liputan6.com.
Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), kata dia, berkoordinasi dengan Kemenko Perekonomian terkait alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk para pelaku ekraf. Juga, bekerja sama dengan OJK dan MAPPI mengenai penilaian kekayaan intelektual, serta pengembangan pembiayaan inovatif melalui skema pembayaran baru untuk subsektor gim, film, musik, dan animasi.
Pihaknya juga menjajaki kolaborasi investasi dengan mitra internasional, seperti Google, Microsoft, Netflix, dan perwakilan pemerintah asing guna mendorong ekosistem industri kreatif dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Di antaranya, ada KEK Singhasari, ETKI Banten, dan Nongsa Batam.
Dana Abadi Ekraf sebagai bagian dari upaya memperkuat ekosistem pembiayaan berkelanjutan di sektor ekonomi kreatif juga tengah mereka ajukan. Pada 6 Juni 2024, Kemenekraf telah menyampaikan kajian Skema Pembiayaan Indonesia Creative Content Fund (ICCF) pada Direktur Jenderal Perbendaharaan.
"Kajian ini berisi rancangan konsep, mekanisme operasional, potensi manfaat ICCF sebagai salah satu instrumen operasional, serta potensi manfaat ICCF sebagai salah satu instrumen pembiayaan jangka panjang untuk mendukung pertumbuhan sektor ekraf yang bisa jadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional," kata Teuku Riefky Harsya.
Pembentukan Dana Abadi Ekraf
Menekraf menyebutkan bahwa pihaknya telah mengusulkan ICCF untuk dialokasikan dalam anggaran belanja tambahan (ABT) tahun 2025. Pengusulan ini diharapkan jadi langkah awal pembentukan Dana Abadi Ekraf, yang nantinya akan difokuskan dalam mendukung program-program strategis, seperti memfasilitasi akses pendanaan, pembiayaan, dan investasi.
"Melalui upaya ini, sektor ekonomi kreatif diharapkan memiliki sumber daya pendanaan yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan adaptif terhadap dinamika perkembangan global," sebut dia. Menekraf juga mengharapkan DPR bisa mendukung pengembangan ekonomi kreatif dengan melahirkan regulasi yang ramah iklim investasi.
Secara khusus, Teuku Riefky menyoroti perlunya penyederhanaan perizinan yang masih tumpang tindih. Sebagai tanggapan, Wakil Ketua Komisi VII DPR, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, mengaku bahwa pihak mendorong penguatan pembiayaan kreatif di bawah Rp100 juta tanpa agunan.
Kemudian, insentif pajak untuk industri kreatif, serta strategi menjadikan subsektor, seperti gim, sebagai motor ekonomi yang setara dengan sektor migas. Sebagai kesimpulan, Komisi VII DPR menerima penjelasan Kemenekraf dan mendorong percepatan implementasi kebijakan pendanaan, pembiayaan, dan investasi yang berpihak pada pelaku kreatif.
Potensi Ekonomi Kreatif Melalui Gim
Rapat kerja ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya pada 13 Februari dan 19 Maret 2025, yang menghasilkan beberapa kegiatan yang fokus pada pelibatan komunitas dan generasi muda, penyusunan Rencana Induk Ekonomi Kreatif (RINDEKRAF) 2026–2045, dukungan bagi pelaku usaha kreatif, penguatan kolaborasi lintas sektor, serta pengembangan skema dana abadi ekonomi kreatif.
Sebelumnya, Kemenekraf menyebut potensi gim di pasar Asia. Dengan berkembangnya dunia gim lokal, pihaknya berharap ada banyak gamer hingga pengembang gim yang memajukan industri kreatif digital di Indonesia. Melalui Direktur Gim Kementerian Ekonomi Kreatif Luat Sihombing, pemerintah tidak menganjurkan orangtua memandang gim dengan sebelah mata.
Kata Luat, pemerintah telah melakukan berbagai edukasi, salah satunya bekerja sama dengan Google, pada para orangtua agar mendorong anaknya mengenyam pendidikan seputar gim. "Juruan gim teknologi di Indonesia memang tidak banyak. Kalau tidak salah, hanya ada enam di Indonesia," ujar Luat melalui keterangan tertulis pada kanal News Liputan6.com, Sabtu, 26 April 2025.
Tidak Hanya Gim
Menurut Luat, pemerintah sudah mempromosikan gim lokal buatan anak bangsa di berbagai fasilitas umum, seperti rumah sakit dan bandara. Dia meyakinkan bahwa jurusan gim punya pasar tersendiri yang bisa menghasilkan kesuksesan.
"Jurusan gim ini bisa jadi entrepreneur. Mereka bisa punya pasar sendiri, bisnis sendiri, hingga uang yang sangat besar," ucap Luat. Jakarta GameFest (JGF) 2025 jadi bukti kesuksesan mahasiswa yang mengambil jurusan gim. Dari sini, mereka belajar jadi pelaku usaha sejak dini.
"Pemerintah sangat mendukung kegiatan seperti ini. JGF 2025 merupakan langkah yang efektif untuk membuktikan bahwa mahasiswa jurusan gim teknologi mendapat gambaran, kalau lulus, nanti mereka bisa jadi apa," terang Luat.
Selain gim, Menekraf sebelumnya menilai, musik bukan hanya ekspresi seni, tapi juga identitas nasional dan penggerak utama dalam sektor ekraf. Ia menegaskan pentingnya kesejahteraan bagi seluruh insan musik di Indonesia.
"Kami ingin memastikan industri musik Indonesia bukan hanya berkembang secara kreatif, tapi juga memberi kesejahteraan yang berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat, mulai dari musisi, produser, hingga pekerja di balik layar," kata Menekraf dalam keterangan tertulis pada Lifestyle Liputan6.com, 9 Maret 2025.