Cium Bau Aneh, Model Asal Thailand Pergoki Pria Asing Sembunyi di Kolong Tempat Tidur Hotelnya di Jepang

13 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah perjalanan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi pengalaman menakutkan bagi seorang model asal Thailand, Natalisi Taksisi. Dalam sebuah video TikTok yang telah ditonton lebih dari 4 juta kali, Natalisi membagikan kisah mengerikannya saat memergoki seorang pria bersembunyi di bawah tempat tidur hotelnya di Tokyo, Jepang.

Perjalanan solo Natalisi ke Jepang dimulai dengan harapan akan keamanan dan kenyamanan. Ia memutuskan menginap di APA Hotel & Resort di Tokyo yang awalnya tampak sebagai pilihan akomodasi yang ideal.

"Tempat itu tampak bagus, dan saya memiliki kartu kunci yang memberi saya akses ke hotel dan kamar saya," ujarnya dalam video tersebut seperti dikutip dari news.com.au, Rabu, 30 April 2025.

Pada hari kedua, suasana berubah drastis. Setelah seharian mengelilingi kota, Natalisi kembali ke hotel sekitar pukul 19.30, waktu setempat. Ia membuka kunci kamar, melepas pakaian, dan berbaring di tempat tidur untuk beristirahat. Namun, ketenangannya terusik oleh bau aneh yang tercium di kamar tersebut.

"Awalnya saya pikir bau itu berasal dari rambut atau seprai, tetapi kemudian saya menyadari bau itu berasal dari bawah tempat tidur," jelasnya. Dengan rasa penasaran bercampur waspada, Natalisi mencondongkan tubuh untuk mencari sumber bau tersebut.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat sepasang mata menatapnya dari bawah tempat tidur. "Saya melihat seorang pria di bawah tempat tidur, dan saya mulai berteriak dan melompat berdiri," kenangnya. Pria tersebut lalu keluar dari persembunyiannya dan berlari keluar dari kamar, meninggalkan Natalisi dalam keadaan syok. 

Tidak Ada Rekaman CCTV

Setelah kejadian tersebut, Natalisi segera memanggil staf hotel dan melaporkan insiden tersebut ke pihak berwenang. Polisi menemukan power bank dan kabel USB di bawah tempat tidur, namun tidak ada penjelasan dari pihak hotel mengenai bagaimana pria tersebut bisa masuk ke kamar.

Lebih mengecewakan lagi, pihak hotel mengaku kesulitan menemukan pelaku karena tidak adanya kamera CCTV di dalam gedung. Polisi hingga kini belum berhasil mengidentifikasi pria yang menyusup ke kamar Natalisi.

Dampak dari insiden ini begitu besar bagi Natalisi. Ia memutuskan untuk pindah ke hotel lain pada malam yang sama dan meminta pengembalian uang sekitar lebih dari Rp1 juta yang telah dibayarkan untuk tiga malam. Meskipun awalnya hotel tidak menawarkan kompensasi, setelah berkomunikasi lebih lanjut, mereka setuju untuk mengembalikan uangnya secara penuh.

Natalisi menggambarkan beberapa hari berikutnya dalam perjalanan tersebut sebagai mimpi buruk. Ia merasa terus-menerus gelisah dan tidak bisa tidur dengan tenang.  

Tak Ada Penjelasan dari Pihak Hotel

"Saya bertanya-tanya bagaimana seseorang bisa masuk ke kamar saya, bagaimana seseorang tahu bahwa saya sendirian di kamar saya," katanya dengan nada kesal.

Natalisi bertekad untuk berbagi pengalamannya dan meningkatkan kesadaran akan potensi bahaya yang dapat terjadi di tempat-tempat yang tampaknya aman. Ia juga berharap agar pihak hotel mengambil tindakan nyata, sayangnya hal itu tidak terjadi. 

Sebelumnya, seorang turis asal Israel mengalami kejadian tak biasa saat hendak menginap di sebuah hotel di Kyoto, Jepang. Ia diminta untuk menandatangani pernyataan bahwa dirinya tidak pernah terlibat kejahatan perang selama bertugas di militer, sebelum diizinkan untuk check-in.

Insiden ini terjadi ketika turis tersebut menunjukkan paspor Israel miliknya di meja resepsionis. Seorang petugas hotel kemudian memberikan formulir khusus yang harus ditandatangani, sebagai syarat wajib untuk mendapatkan akomodasi, menurut laporan Anadolu Ajansi (AA), Sabtu, 26 Aprli 2025, seperti dikutip dari kanal Global Liputan6.com.

Turis Israel Diminta Tanda Tangan Anti-Kejahatan Perang

Turis yang merupakan mantan tenaga medis tempur di Angkatan Laut Israel ini awalnya menolak. Namun akhirnya ia menandatangani dokumen tersebut setelah diinformasikan bahwa semua tamu asal Israel dan Rusia diwajibkan menandatangani pernyataan serupa.

Dalam pernyataan itu, tamu harus menyatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan kejahatan perang, seperti menyerang warga sipil, melakukan kekerasan seksual, penyiksaan, atau pelanggaran terhadap Statuta Roma dari Mahkamah Pidana Internasional. Selain itu, tamu juga diminta berkomitmen untuk mematuhi hukum humaniter internasional dan tidak melakukan kejahatan serupa di masa depan.

Tindakan hotel tersebut menuai protes dari Duta Besar Israel untuk Jepang, Gilad Cohen. Ia mengirim surat kepada Gubernur Kyoto, Takatoshi Nishiwaki, dan menyebut perlakuan terhadap turis Israel ini sebagai hal yang "tidak dapat diterima."

Pihak hotel membela kebijakan mereka. Kepada Ynetnews, manajer hotel mengatakan, "Bagi kami, perang adalah sesuatu yang jauh. Kami belum pernah bertemu dengan orang yang membunuh wanita dan anak-anak atau mengebom sekolah."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |