Studi: Kecepatan Berjalan Bisa Jadi Indikator Usia Otak dan Kesehatan Fisik

2 days ago 13

Liputan6.com, Jakarta - Kecepatan berjalan Anda mungkin tampak sepele, namun ternyata dapat memberikan wawasan mendalam tentang laju penuaan otak dan kesehatan tubuh Anda secara keseluruhan. Penelitian menunjukkan bahwa pejalan kaki yang lebih lambat cenderung memiliki otak lebih kecil dan perbedaan mendasar dalam struktur penting dibandingkan dengan mereka yang berjalan lebih cepat.

Mengutip BBC, Rabu, 11 Juni 2025, tes kecepatan berjalan bukan sekadar pengukuran sederhana dari seberapa cepat seseorang bergerak dari titik A ke titik B. Ini adalah cara menilai kapasitas fungsional seseorang—kemampuan mereka melakukan tugas sehari-hari dan mempertahankan kemandirian. Kecepatan berjalan dapat memprediksi peluang seseorang untuk dirawat di rumah sakit, mengalami serangan jantung, bahkan meninggal dunia.

Menurut Christina Dieli-Conwright, seorang profesor kedokteran di Harvard Medical School, penurunan kecepatan berjalan yang tiba-tiba dapat jadi indikasi adanya masalah kesehatan lebih serius. Ketika kecepatan berjalan normal seseorang menurun, sering kali hal itu dikaitkan dengan penurunan kesehatan yang mendasarinya, ujarnya. 

Teknik Sederhana untuk Mengukur Kecepatan Berjalan

Mengukur kecepatan berjalan bisa dilakukan dengan alat sederhana, seperti stopwatch dan pita pengukur. Ada dua versi umum dari tes ini: tes kecepatan berjalan sejauh 10 meter untuk ruang yang lebih luas dan tes sejauh empat meter untuk ruang yang lebih terbatas.

Selain itu, aplikasi pelacak kebugaran, seperti Walkmeter, MapMyWalk, Strava, dan Google Fit, juga bisa digunakan untuk mengukur kecepatan berjalan. Penelitian menunjukkan bahwa kecepatan berjalan merupakan prediktor signifikan harapan hidup pada orang dewasa yang lebih tua.

Sebuah studi di University of Pittsburgh yang melibatkan lebih dari 34 ribu orang dewasa menunjukkan bahwa pria dengan kecepatan berjalan paling lambat pada usia 75 tahun memiliki peluang hidup selama 10 tahun sebesar 19 persen, dibandingkan dengan 87 persen pada pria dengan kecepatan berjalan tercepat. Berjalan kaki mungkin tampak sederhana, tapi sebenarnya melibatkan banyak sistem tubuh yang bekerja secara harmonis. 

Aktivitas Sederhana dengan Dampak Besar

"Berjalan kaki sebenarnya bergantung pada banyak sistem tubuh yang bekerja sama," kata Line Rasmussen, peneliti senior di Duke University.

Seiring bertambahnya usia, fungsi sistem-sistem ini mulai melambat, dan kecepatan berjalan yang lebih lambat dapat mencerminkan penurunan ini secara keseluruhan. Sebuah studi tahun 2019 oleh Rasmussen dan rekan-rekannya di Duke University meneliti 904 orang berusia 45 tahun.

Penelitian ini menemukan bahwa kecepatan berjalan dapat memprediksi laju penuaan otak dan tubuh. Orang berusia 45 tahun yang berjalan lebih lambat menunjukkan tanda-tanda penuaan dini, dengan paru-paru, gigi, dan sistem kekebalan tubuh mereka dalam kondisi lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang berjalan lebih cepat.

Rasmussen dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa pejalan kaki yang lambat menunjukkan tanda-tanda penuaan kognitif yang lanjut. Misalnya, mereka cenderung mendapat skor lebih rendah pada tes IQ secara keseluruhan, berkinerja lebih buruk pada tes memori, kecepatan pemrosesan, penalaran, dan fungsi kognitif lain.

Hasil dari Pemindaian MRI

Pemindaian MRI juga menunjukkan bahwa penurunan kognitif disertai perubahan yang dapat diamati pada otak peserta. Pejalan kaki yang lambat memiliki otak lebih kecil, neokorteks yang lebih tipis– lapisan terluar otak, yang mengendalikan pemikiran dan pemrosesan informasi yang lebih tinggi–dan lebih banyak materi putih.

Menariknya, bahkan wajah pejalan kaki yang lambat dinilai menua pada tingkat lebih cepat daripada peserta lainnya. Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa tubuh dan otak pejalan kaki lambat menua lebih cepat daripada pejalan kaki cepat.

Ada juga tanda-tanda bahwa perbedaan kesehatan ini sudah ada sejak usia dini, karena para peneliti mampu memprediksi kecepatan berjalan orang berusia 45 tahun berdasarkan tes kecerdasan, bahasa, dan keterampilan motorik yang dilakukan saat peserta baru berusia tiga tahun.

"Yang paling mengejutkan saya adalah menemukan hubungan antara seberapa cepat orang berjalan pada usia 45 tahun dan kemampuan kognitif mereka sejak masa kanak-kanak," kata Rasmussen. "Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan berjalan bukan hanya tanda penuaan, tapi juga jendela kesehatan otak seumur hidup."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |