Liputan6.com, Jakarta - Dalam budaya yang masih membungkam pembicaraan seputar tubuh perempuan, bOOka lingerie hadir sebagai ruang aman yang membebaskan. Di tengah arus industri fashion yang sering mengedepankan estetika semata, merek lokal ini justru menyoroti sesuatu yang lebih esensial yaitu soal kenyamanan, keberanian, dan cinta terhadap diri sendiri.
Bukan hanya menghadirkan produk yang memanjakan tubuh perempuan Indonesia, jenama ini juga menyuarakan pentingnya kesehatan dan kesadaran diri lewat berbagai inisiatif yang bermakna. Salah satunya melalui acara The Bare Truth, An Intimate Soirée with bOOka, yang digelar Rabu, 11 Juni 2025, sebuah perayaan hangat dan personal yang menegaskan nilai-nilai utama dari brand ini.
Acara tersebut, mengajak perempuan memperluas makna lingerie dari sekadar pakaian dalam menjadi simbol cinta diri yang nyata. Ditambah dengan peluncuran dua sister brands dan sesi diskusi seputar kesehatan intim perempuan, acara ini menjadi panggung pemberdayaan dan refleksi kolektif bagi perempuan Indonesia. Terutama yang paling menarik, ada Talkshow bersama dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG dari First Care Clinic, mengangkat topik kesehatan intim perempuan.
Bongkar Soal Bra Tanpa Kawat
Diskusi ini menjadi ruang aman yang mendorong perempuan untuk mengenal tubuhnya secara utuh dan menyadari pentingnya memilih pakaian dalam yang sehat, bukan sekadar modis. Dalam paparannya, dr. Dinda mengungkapkan bahwa banyak perempuan belum sadar bahwa pemilihan pakaian dalam yang kurang tepat bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang.
"Kenyamanan bukan cuma soal gaya—itu soal menjaga tubuh dan suasana hati," katanya.
Hal ini sejalan dengan visi bOOka untuk tidak hanya menawarkan estetika, tapi juga kebermanfaatan bagi tubuh perempuan. Melalui dialog yang terbuka dan bebas stigma, bincang-bincang ini membongkar tabu seputar bra tanpa kawat dan tanpa pad.
Menurutnya pilihan ini justru lebih sehat, breathable, dan kini menjadi bagian dari tren global dalam perawatan diri. Dari edukasi ini diharapkan perempuan lebih aware dengan kesehatan tubuhnya dan mendorong perubahan penggunaan produk, dan keterlibatan aktif dalam percakapan publik tentang tubuh perempuan.
bOOka Vacāre dan bOOka Scents
Momen paling menyentuh dalam acara ini yaitu saat sesi From Lela with Love, di mana para tamu diajak merajut bunga langsung pada produk ikonik bOOka, Kutang Lela. Terinspirasi dari kutang tradisional Betawi, Lela didesain ulang agar lebih relevan dengan kebutuhan perempuan masa kini tanpa busa, tanpa kawat, dengan bukaan depan, dan bahan super lembut.
Sentuhan bohemian ditambahkan lewat aktivitas merajut yang mempererat hubungan antara tubuh, budaya, dan kreativitas perempuan. Kegiatan ini bukan hanya simbolik, tetapi juga sangat emosional: sebuah pengingat bahwa mencintai tubuh sendiri juga berarti merawat akar budaya yang melekat padanya.
Dengan inovasi yang tetap menghormati nilai-nilai lokal, Lela bukan sekadar produk, melainkan wujud nyata dari bagaimana warisan bisa dirayakan lewat desain yang progresif dan penuh makna. Melalui acara ini, bOOka kembali menegaskan bahwa lingerie tidak harus tunduk pada standar kecantikan tertentu, justru bisa menjadi medium ekspresi diri yang jujur, kuat, dan membebaskan.
Lingerie yang Dibuat Artisanal
Sejak awal kemunculannya pada November 2020, bOOka tidak pernah berniat menjadi merek pakaian dalam massal. Di balik setiap potongan kain dan jahitan, terdapat perhatian penuh terhadap kenyamanan tubuh perempuan yang hidup di iklim tropis.
Produknya dikerjakan dengan tangan-tangan terampil secara artisanal sehingga lebih intim dan eksklusif. Pendiri sekaligus Direktur Kreatif bOOka, Khairiyyah Sari, bersama Yanti Indrawan dan Ira Jusuf, percaya bahwa lingerie bisa menjadi sarana perempuan mencintai tubuhnya dari dalam.
"bOOka adalah tentang mencintai diri dari lapisan terdalam," bebernya. Pernyataan ini bukan sekadar slogan, melainkan filosofi yang tercermin dalam desain bohemian bOOka yang berani, penuh warna, dan tetap lembut.
Menariknya, setiap produk bOOka diberi nama perempuan Indonesia, ini juga menjadi penghormatan simbolik yang membuat tiap potongannya terasa personal. Ini sebagai pengingat bahwa setiap perempuan berhak merasa nyaman dan percaya diri, tak peduli seperti apa bentuk tubuhnya.