Pulau Wayag Tutup Sementara Usai Insiden Pengusiran Turis, Menpar Widi Klaim Raja Ampat Aman Dikunjungi Wisatawan

16 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Akses kunjungan turis ke sejumlah destinasi di Raja Ampat, khususnya Pulau Wayag di Distrik Waigio Barat Kepulauan, ditutup sementara imbas pemalangan oleh masyarakat. Aksi ini terjadi setelah Izin Usaha Pertambangan (IUP) empat perusahaan tambang nikel di Raja Ampat dicabut, awal minggu ini.

Merespons kondisi tersebut, Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana menyebut, tujuan wisata di Papua Barat Daya tersebut tetap "aman" disambangi pelancong di tengah "dinamika di lapangan." Ini termasuk penutupan akses sementara di Pulau Wayag dan Manyaifun Batangpele, serta pro kontra terkait isu tambang nikel.

"Kementerian Pariwisata terus memantau perkembangan situasi secara saksama dan siap mengambil langkah-langkah adaptif untuk mendukung masyarakat lokal agar tetap jadi pilar utama dalam pembangunan pariwisata yang berdaya tahan dan inklusif," katanya melalui rilis pada Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 13 Juni 2025.

"Jadi, wisatawan tetap aman berkunjung ke Raja Ampat," imbuh Menpar Widi. Selain Wayag dan Batangpele, masih ada pulau dan spot diving, seperti Manta Point, Cross Wreck, Cape Kri, dan Blue Magic, yang dapat dijelajah keindahannya oleh wisatawan, sebut dia.

Cari Solusi Bersama

Kemenpar mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), aparat keamanan, dan tokoh masyarakat lokal untuk memperkuat kerja sama lintas sektor dalam menjaga stabilitas dan keselamatan destinasi. Dalam koordinasi ini, Kemendagri telah menyampaikan arahan langsung pada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua Barat Daya dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat untuk menjamin sinergi penuh antarlembaga dan masyarakat dalam melindungi wisatawan dari potensi gangguan.

Raja Ampat merupakan salah satu Destinasi Pariwisata Nasional Prioritas, sekaligus bagian dari UNESCO Global Geoparks (UGGp). Melalui Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2024 tentang Rancangan Induk Destinasi Pariwisata Nasional (RIDPN), Raja Ampat telah ditetapkan sebagai model High Quality Sustainable Tourism.

Maka itu, pariwisata lokalnya seharusnya dikembangkan secara berkelanjutan dan terintegrasi, dengan menyeimbangkan aspek ekologis, ekonomi, dan sosial budaya. "Kami ingin menghadirkan pengalaman wisata yang aman, nyaman, dan berkelas dunia, serta memperkuat posisi Raja Ampat di mata wisatawan global," tandas Menpar Widi.

Penutupan Sementara Akses Kunjungan

Terpisah, Bupati Raja Ampat Orideko Burdam menjelaskan pada Kamis, 12 Juni 2025, lapor Antara, bahwa pembatasan atau pemberhentian kunjungan wisatawan sementara ke Wayag merupakan bagian penting untuk mengantisipasi adanya hal yang tidak diinginkan terjadi pada wisatawan.

Dilaporkan bahwa masyarakat yang jadi karyawan PT. Melia Raymond Perkasa dan PT. KSM, yang selama ini mendapat manfaat dari perusahaan tambang yang IUP-nya kini telah dicabut, melalukan pemalangan di Wayag. "Kami sudah turun ke Pulau Manyaifun dan mendengar aspirasi mereka, itulah yang akan kami bahas dalam kegiatan gelar tikar adat," ujar Orideko.

Menurut dia, segala persoalan yang ada harus diselesaikan dengan baik untuk mengakomodasi seluruh kepentingan masyarakat terdampak penutupan tambang nikel. "Saya minta, mari kita hindari konflik, kita mengedepankan komunikasi yang baik. Tapi pada intinya nanti dalam waktu dekat, kita gelar tikar adat untuk mencari solusi konkret," ia menambahkan.

Snorkeling di Dekat Lokasi Tambang Raja Ampat

Sebelumnya, Greenpeace Indonesia kembali merilis kampanye yang menyoroti dugaan perusakan lingkungan akibat tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Organisasi kampanye independen itu membagikan kisah pesinetron Angela Gilsha yang disebut jadi "saksi perusakan tambang nikel di Raja Ampat, tidak jauh dari wisata ikonis Wayag, tepatnya di Pulau Kawe."

Di klip yang dimaksud, Angela berkata, "Tadi kami ke sebuah pulau. Pulau itu benar-benar indah banget. Rasanya kayak unreal ada di situ. Pasir putih, koralnya warna neon, warna-warni, semua ikan warna-warni ada di situ. Lagi makan-makanin koral, pokoknya benar-benar rame banget lautan sama ikan warna-warni. Cantik banget."

Setelah menikmati pesona lanskap bawah laut Pulau Kawe, perempuan berusia 30 tahun ini mengaku pindah ke "pulau satu lagi, di belakangnya." "Di situ, aku lihat secara langsung dengan mata kepala sendiri. Pulau yang setengahnya, bagian atasnya, sudah terkerup. Sudah berupa tanah, tanah, tanah, tanah, tanah, dan sudah banyak alat-alat berat di situ."

Diikuti Boat Misterius

Angela menyambung, "Di sekitar pantainya juga, pasirnya sudah cokelat, dan airnya sudah keruh, karena semalam hujan deras. Pasir dari atas itu semuanya masuk ke laut, dan itu merusak koral-koral. Ikan nggak bakalan mau tinggal di situ. Di situ ada security yang (membunyikan) klakson mobilnya dari atas pulau. 'Tin, tin, tin,' keras banget. Di situ aku mulai panik dong."

Angela mengaku bingung mendapati perlakuan itu, karena, menurutnya, mendekat ke pulau tersebut adalah tindakan yang legal. "Terus kenapa memangnya nggak boleh lihat? Nggak lama kami pergi dari situ. Kami kira aman nih, oh ya sudah. Ternyata kami dikejar sama ada kapal. Aku nggak tahu," akunya.

"Ini kan pengalaman pertama aku ikut kayak gini. Aku kira boat-nya itu paling cuma nakut-nakutin doang atau kepo ini siapa," imbuh Angela. "Tapi ternyata kami benar-benar diikutin sampai jauh banget. Benar-benar kami sudah mau sampai (homestay) itu kayak, masih ada nggak ya kapalnya, masih ada nggak ya."

"Karena keliatan banget kapalnya kecil, ngikutin kami dari jauh dan nggak nyerah nih. Sumpah tadi adalah momen yang paling deg-degan dalam hidup aku, tapi seru," tandasnya. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |