Liputan6.com, Jakarta - Skincare yang mengangkat aspek keberlanjutan akan jadi tren dunia kecantikan dalam tiga tahun mendatang, merujuk talkshow Future Beauty Talk 2025. Mendukung itu, herbal dan tanaman asli Indonesia dinilai memiliki potensi sebagai bahan produk kecantikan berkelanjutan.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun ikut mendorong regulasinya. Deputi 2 BPOM, apt. Mohamad Kashuri, mengungkap bahwa pihaknya berperan penting dalam menyaring penggunaan bahan kosmetik aman, apalagi produk kosmetik berbahaya sempat membuat gempar masyarakat dan mencoreng nama produsen lokal.
Terkait skincare berkelanjutan, Kashuri mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 30 ribu spesies tanaman, yang merupakan terbesar kedua di dunia setelah Brasil. "Yang memberi manfaat itu kurang lebih 9.600-an (tanaman), khasiat sebagai obat, kalau khasiat sebagai kosmetik, tentu lebih banyak lagi," papar Kashuri di Jakarta, Rabu, 30 April 2025.
Mendukung aspek sustainability dari proses produksi, BPOM berharap industri dapat menghasilkan nol karbon emisi. Selain itu, produsen diajak mengurangi limbah kimia dan menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang, sehingga dapat mendukung ekonomi sirkular.
Di tingkat distribusi, BPOM terus mengedukasi masyarakat untuk menukar kemasan yang sudah tidak dipakai. Untuk itu, pihaknya juga telah mengeluarkan regulasi bagi kosmetik yang bisa dibeli dengan kemasan ulang. "Jadi konsumen membawa atau menukarkan wadah dan beberapa industri sudah melakukan itu," imbuhnya lagi.
Masih Sedikitnya Produk Kecantikan Berkelanjutan
Meski industri kecantikan mengarah ke tren berkelanjutan, tapi masih sedkit pemilik brand yang menerapkannya secara sirkular. "Sangat sedikit, meski tahun 2023, kami pernah memberi penilaian terhadap industri kosmetik yang sustainable dan beberapa kami beri award," sebut Kashuri, menambahkan bahwa yang mendapat penghargaan saat itu adalah ParagonCorp.
Ke depan, BPOM mengaku akan kembali mengevaluasi dan menilai industri kecantikan dan brand yang mendukung aspek keberlanjutan. Kendati hingga kini, pihaknya belum memiliki data terkait produk kecantikan berkelanjutan.
"Yang jelas, selalu saja ada yang melaporkan kaitan pemanfaatan sustainability, ada saja yang bertambah, tentu kategori industrinya besar," tuturnya.
Sementara untuk industri yang masih dalam tingkatan UMKM, menurutnya, masih perlu pendampingan. Maka itu, ia mengapresiasi Martha Tilaar yang menyelenggarakan Future Beauty Talk 2025, karena banyak pemilik UMKM bisa diedukasi tentang pembuatan, proses produksi, dan distribusi produk skincare berkelanjutan.
Sebagai informasi, BPOM telah membuat regulasi terkait kemasan kosmetik yang mengatur berbagai aspek, mulai dari penandaan hingga persyaratan keamanan. Secara lengkap, aturan tertuang dalam Peraturan BPOM No. 18 Tahun 2024 tentang Penandaan, Promosi, dan Iklan Kosmetik.
Solid Cosmetic Bukan Sekadar Tren
Adapun di acara Future Beauty Talk 2025, CEO Martha Tilaar Group, Dr. Kilala Tilaar, berbagi ulasan dan insight mengenai perkembangan tren dunia kecantikan untuk satu sampai tiga tahun ke depan. Menurut Kilala, solid cosmetic menjadi salah satu tren yang akan terus naik.
"Di tahun 2024 saja nilai (solid cosmetic) mencapai 2,6 miliar dolar AS dan diproyeksi akan mencapai 5 miliar dolar AS pada 2033, bertumbuh di angka 7,6 persen pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR)," ungkap Kilala di Jakarta, Rabu, 20 April 2025.
Ia menyebut, solid cosmetic bukan sekadar tren, tapi akan jadi bagian dari gerakan yang lebih luas menuju keberlanjutan di dunia kecantikan. Pasalnya, solid cosmetic adalah alternatif sadar lingkungan untuk produk kecantikan tradisional berbasis air.
"Solid cosmetic populer, terutama di kalangan Gen Z, karena keberlanjutan dan kepraktisannya," ujar Kilala.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa sekarang, jenis kosmetik padat kian berkembang, mulai dari facial cleanser, moisturizer, foundation, primer, highlighter, hingga parfum, deodoran, dan SPF stick. Selain solid cosmetic, neurobeauty juga diperkirakan akan jadi tren kecantikan yang terus berkembang.
Inovasi dari Neuroscience Cosmetic
Neuroscience cosmetic memadukan perawatan kulit, perawatan pribadi, serta ilmu saraf untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan kesehatan kulit. Kilala menjelaskan, umumnya, kandungan kunci pada produk neurocosmetic adalah GABA untuk membuat otot-otot jadi rileks, sekaligus menenangkan saraf otak.
Ada pula CBD untuk mengurangi stres dan membantu keseimbangan kulit, termasuk adaptogens, seperti ashwagandha untuk membantu kulit menangani stres. Kemudian, neuropeptides untuk berkomunikasi dengan saraf demi meningkatkan fungsikulit, serta fragrance and texture yang didesain untuk mempengaruhi mood melalui indera.
Tahun ini, pasar perawatan bayi juga booming dan diproyeksikan mencapal 217 miliar dolar AS pada 2030, terutama di Asia-Pasifik, Amerika Utara, dan Eropa. "Fenomena ini didorong urbanisasi, meningkatnya pendapatan, dan generasi baru orangtua yang paham teknologi, sadar kesehatan, dan sadar lingkungan," terang Kilala.
Dengan itu, brand berinovasi untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan produk bayi yang lebih aman, lebih cerdas, serta lebih merawat bayi dan lingkungan. Menggenapinya, rangkaian perawatan untuk orang lanjut usia juga diprediksi akan booming.