Kisah Paragon Memanusiakan Karyawan, Dibikin Nyaman agar Perusahaan Makin Berkembang

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Nama Paragon sebagai perusahaan idaman karyawan sempat mencuri perhatian pada akhir Januari 2025. Konten tentang sekitar 1.200 karyawan diajak pergi ke Malaysia bertebaran di media sosial. Bukan sekadar office gathering biasa karena cerita di balik layarnya mengungkap persiapan yang benar-benar 'dari hati'.

Ada karyawan yang sedang menyusui dengan sengaja difasilitasi penyimpanan ASInya agar tidak terbuang percuma selama berdinas di luar negeri. Ada juga kisah para petinggi perusahaan yang meminta maaf dan membungkuk pada ribuan karyawannya sebagai gestur apresiasi atas loyalitas karyawan pada perusahaan hingga memengaruhi waktu yang tersisa untuk keluarga maupun orang-orang terdekatnya.

Cerita itu pun dirangkum lewat unggahan pada 24 Januari 2025. "Jika Anda ingin melaju cepat, melajulah sendiri. Jika Anda ingin melaju jauh, melajulah bersama. Namun di Paragon, kami bermimpi melaju cepat dan jauh," begitu bunyi keterangan unggahan tersebut yang menyertakan beragam foto keakraban karyawan dan pemimpin perusahaan kosmetik lokal Indonesia yang seolah tanpa jarak.

Sari Chairunnisa, Deputy CEO PT Paragon, menjelaskan bahwa hal itu terjadi tak lepas dari nilai yang dibangun dan dipercaya perusahaan. "Kami di Paragon memiliki nilai percaya kepada Tuhan dan kepedulian. Nilai-nilai ini membuat tim Paragon meyakini bahwa memanusiakan manusia adalah hal yang esensial dan menjadi kewajiban bagi kami," katanya menjawab Lifestyle Liputan6.com, Rabu (30/4/2025).

Kenyamanan menjadi kata kunci agar lebih dari 3.000 karyawan, terdiri dari sekitar 1.000 pekerja di kantor pusat dan lebih dari 2.000 orang di pabrik Paragon di Jatake, Cikupa, Banten, merasa kerasan bekerja di perusahaan yang tahun ini genap berusia 40 tahun.

Karyawan Nyaman, Paragon Berkembang

"Mungkin kita beda definisi memanusiakan karyawan karena kalau di Paragon, kita melihatnya, membuat karyawan merasa nyaman di lingkungan pekerjaannya itu memang sudah sebuah keharusan, bukan sebuah pilihan," kata Sari.

Caranya, sambung dia beragam, terutama membuat kebijakan di organisasi yang mendukung kenyamanan beraktivitas. Petinggi perusahaan pun tidak membeda-bedakan perlakuan antara karyawan yang bekerja di pabrik dan di kantor pusat.

"Apabila ada perbedaan perlakuan antara bekerja di pabrik dan di kantor, berarti itu tidak memanusiakan dong," ujarnya.

Sejauh ini, kebijakan tersebut terbukti mampu mempertahankan para karyawan mereka. Menurut data internal, rata-rata masa kerja Paragonia, sebutan kesayangan untuk karyawan, adalah enam tahun dengan sebagian besar dari mereka baru bergabung dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

"Karena pertumbuhan organisasi Paragon sangat pesat beberapa tahun ini," ujarnya.

Sari menyatakan dengan perlakuan tersebut, ia meyakini bahwa setiap potensi optimal masing-masing karyawan bisa keluar. "Jadi apabila semua di sebuah organisasi bekerja secara optimal, tentu saja akan memiliki dampak baik terhadap bisnis," imbuhnya tanpa merinci perkembangan bisnis dimaksud.

Cara Paragon Menyeleksi Karyawan

Tak kalah penting, Paragon juga menyeleksi ketat calon karyawannya agar dapat kandidat yang terbaik. Sari menjelaskan bahwa proses seleksi di Paragon sebenarnya tidak berbeda dari organisasi-organisai lain. 

"Ada psikotes langsung dengan tim psikolog untuk menilai potensi individu tersebut, dilanjutkan oleh wawancara psikolog, dilanjutkan lagi oleh wawancara user," sambungnya.

Dengan seleksi awal yang ketat, diharapkan karyawan yang lolos memiliki karakter dan visi yang sejalan dengan nilai perusahaan. Hal itu penting agar kenyamanan bekerja tak terganggu dengan politik kantor yang tak perlu.

"Kita sih merasa apabila tiap individu di sebuah organisasi itu niatan, mindset, behavior-nya baik, itu akan meminimalisir hal-hal yang negatif di sebuah organisasi, misalnya politik kantor dan lain-lain," ucapnya.

Sebelumnya, Paragon meluncurkan film pendek berjudul Mengusahakan Pertolongan Ilahi pada 28 Februari 2025 yang diputarkan di YouTube. Sari yang bertindak sebagai produser film sekaligus Wakil Presiden bidang Riset dan Teknologi Paragon Corp, mengemukakan bahwa film pendek itu adalah medium untuk memahamkan nilai-nilai yang dijadikan landasan oleh ibunya, Nurhayati Subakat, dan perusahaannya selama ini kepada seluruh karyawan.

Proses Syuting Film Autobiografi Nurhayati Subakat

Dengan karyawan yang semakin banyak dan tersebar di Indonesia dan Malaysia, pihaknya merasa perlu untuk memahamkan hal itu. "Awalnya kita buat novel bareng Mas Anwar Fuadi. Terus kita terpikir, agar lebih mudah dipahami oleh orang banyak juga, media film tuh kita rasa lebih universal gitu kan. Bergerak, ada lagunya. Jadi, kita connect ke Mbak Gina (Gina S. Noer, sutradara), connect ke Mbak Reva. Jadi, ada film ini, Mengusahakan Pertolongan Illahi," ia menerangkan, beberapa waktu lalu.

Proses pembuatan film itu dari praproduksi sampai pasca-produksi memakan waktu sekitar tiga bulan. Proses syuting dilakukan di Jakarta dan Sumatera Barat, tempat kelahiran Nurhayati Subakat.

Film mengambil alur maju mundur yang menceritakan sosok Nurhayati dari tiga era, masa remaja, masa dewasa muda, dan masa tuanya. Jika Reva memerankan Nurhayati di masa dewasa muda, sosok Widiawati menampilkan Nurhayati di masa tua, dan masa remaja diperankan oleh Nafiza Fatia Rani.

Nurhayati Subakat yang lahir pada 27 Juli 1950 itu menghabiskan masa kecil di Padang Panjang, Sumatera Barat. Ia merupakan pelopor kosmetik halal di Indonesia melalui merek Wardah yang kini menjadi salah satu brand kecantikan lokal paling terkemuka.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |