Liputan6.com, Jakarta - Dalam sejarah manusia, berbagai peristiwa tragis telah menguji batas ketahanan manusia. Namun, di tengah kelaparan, perbudakan, dan epidemi, satu pola yang konsisten muncul: perempuan cenderung bertahan hidup lebih lama dibandingkan pria.
Melansir CNN, Selasa (8/7/2025), dari kelaparan kentang Irlandia hingga perbudakan di Trinidad, dan epidemi campak di Islandia, perempuan menunjukkan ketahanan yang luar biasa dalam kondisi yang paling mengerikan sekalipun. Buku baru berjudul The Stronger Sex mengungkapkan bahwa tubuh wanita secara biologis dirancang untuk ketahanan dan umur panjang.
Meskipun menghadapi tantangan fisiologis yang signifikan seperti menstruasi, kehamilan, dan persalinan, wanita tetap menunjukkan kemampuan bertahan hidup yang lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini bahkan terjadi meskipun anak perempuan sering kali memiliki akses yang lebih sedikit terhadap sumber daya seperti makanan dan perawatan medis.
Virginia Zarulli, seorang profesor madya demografi di Universitas Padua, Italia, menemukan melalui penelitiannya bahwa dalam berbagai populasi yang mengalami kondisi ekstrem, wanita hidup lebih lama daripada pria di hampir semua usia.
Biologi Wanita: Kromosom dan Hormon yang Menguntungkan
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PNAS pada 2018 ini menunjukkan bahwa bahkan bayi perempuan yang baru lahir di lingkungan yang keras memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan bayi laki-laki. Keunggulan bertahan hidup wanita tidak hanya terbatas pada kondisi ekstrem.
Dalam kehidupan modern, data empiris menunjukkan bahwa tingkat kematian pria lebih tinggi dibandingkan wanita di hampir setiap kelompok usia. Salah satu faktor utama yang memberikan keunggulan ini adalah perbedaan genetik yang mendasar: wanita memiliki dua kromosom X, sementara pria hanya memiliki satu.
Kromosom X membawa sekitar 10 kali lebih banyak gen dibandingkan kromosom Y, memberikan tubuh wanita akses ke rentang gen imun yang lebih luas. Hal ini membuat sistem pertahanan mereka lebih kuat dan beragam. Dr. Sharon Moalem, dalam bukunya “The Better Half: On the Genetic Superiority of Women”, menyoroti bahwa wanita telah berevolusi untuk memiliki sistem imun yang lebih adaptif dan tangguh.
Dampak Hormon dan Implikasi Kesehatan
Hormon estrogen, yang lebih tinggi dalam tubuh wanita, juga memberikan keuntungan imunologis. Mamalia betina, termasuk manusia, memiliki sistem imun yang lebih lengkap baik dalam respons bawaan maupun adaptif. Mereka memiliki jumlah neutrofil aktif yang lebih tinggi dan aktivitas sel B yang lebih kuat, yang berperan dalam melawan infeksi.
Selain keunggulan genetik, hormon juga memainkan peran penting dalam ketahanan wanita. Testosteron, yang lebih tinggi pada pria, tampaknya menjadi kelemahan sistem kekebalan tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa ketika testosteron dihilangkan dari hewan jantan, kekebalan mereka meningkat, sedangkan penambahan testosteron pada hewan betina menurunkan kekebalan mereka.
Keunggulan imunologis wanita berarti mereka umumnya memiliki respons vaksin dan virus yang lebih kuat, kemampuan yang lebih besar untuk melawan sepsis, dan penurunan risiko beberapa jenis kanker. Namun, sistem imun yang kuat ini juga memiliki sisi negatif: wanita lebih rentan terhadap penyakit autoimun dibandingkan pria dan lebih mungkin hidup dengan penyakit kronis setelah selamat dari penyakit yang dapat mematikan bagi pria.
Perempuan Memiliki Harapan Hidup Lebih Tinggi
Memahami perbedaan biologis ini dapat mengarah pada pendekatan baru dalam perawatan kesehatan, termasuk perawatan kanker dan protokol vaksin yang lebih tepat dan personal. Dengan demikian, pengobatan dapat menjadi lebih efektif, terutama bagi perempuan, dan membuka jalan bagi inovasi medis yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Sementara itu menilik aspek sosial dan budaya, beberapa ilmuwan berpendapat bahwa gaya hidup dan budaya menyebabkan sebagian besar kerugian umur panjang pria. Sebagai sebuah populasi, pria cenderung lebih banyak merokok, minum lebih banyak alkohol, dan terlibat dalam aktivitas yang lebih berisiko daripada wanita, dan pria cenderung mengecualikan sebagian besar wanita dari pekerjaan yang lebih berbahaya secara fisik.
Penelitian yang difokuskan pada apa yang terjadi ketika wanita mengadopsi beberapa kebiasaan tidak sehat yang secara tradisional lebih mungkin terjadi di antara populasi pria, seperti merokok, tetap menunjukkan bahwa wanita hidup lebih lama daripada pria, menurut Zarulli. "Dalam populasi di mana pria dan wanita memiliki gaya hidup yang sama, masih ada perbedaan dalam mortalitas — wanita memiliki harapan hidup yang lebih tinggi daripada pria."