Liputan6.com, Mataram - Seorang pendaki asal Brasil Juliana Marins belum lama ini terjatuh di jurang Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Juliana Marins kemudian ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.
Di tahun lalu, seorang pendaki gunung asal Irlandia juga jatuh di jurang Gunung Rinjani saat mendaki pada Oktober 2024. Ia terjatuh ke dalam jurang sedalam 200 meter tapi ternyata berhasil selamat. Bagaimana Farrell bisa selamat dari pengalaman mengerikam tersebut?
"Korban terjatuh diduga karena tergelincir mengingat lokasi tersebut berpasir," kata Kasi Humas Polres Lombok Timur Iptu Nicolas Oesman di Mataram, Rabu, 9 Oktober 2024, dilansir dari Antara.
Ia mengatakan lokasi korban terjatuh tidak jauh dengan lokasi jatuhnya pendaki asal Jakarta, sehingga petugas bersama Tim SAR gabungan yang sedang melakukan evakuasi jasad korban Kaifat Rafi Mubarraq, langsung menuju lokasi untuk melakukan evakuasi kepada korban pada, Rabu pagi.
"Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi pendaki WNA itu," katanya. Usai dilakukan evakuasi korban dibawa ke Shelter Emergency untuk mendapatkan penanganan tim medis. Sedangkan kendala yang dihadapi di sekitar lokasi yaitu minim sinyal sehingga menyulitkan untuk berkomunikasi.
Insiden Jatuhnya Pendaki Irlandia
"Dari hasil pemeriksaan tim medis terhadap korban, yang bersangkutan hanya mengalami luka ringan di bagian bahu," katanya. Ia mengatakan yang bersangkutan ketika itu masih berada di Shelter Emergency Pelawangan bersama Tim SAR Gabungan.
Saat melakukan pendakian korban hanya seorang diri dan penyebab terjatuhnya korban diduga akibat tergelincir mengingat lokasi tersebut berpasir. "Kondisi korban secara umum saat ini dalam keadaan sehat," katanya.
Insiden jatuhnya Farrell berawal ketika dirinya bermaksud membersihkan kerikil dari sepatunya. Namun, angin kencang menerbangkan sarung tangannya saat ia melepasnya.
Sewaktu Farrell membungkuk untuk mengambil sarung tangan tersebut, tanah di bawah kakinya tiba-tiba runtuh. Ia pun kehilangan keseimbangan dan jatuh ke dalam jurang yang curam. Peristiwa ini menjadi awal dari perjuangan Farrell untuk bertahan hidup.
Dikutip dari merdeka.com, Selasa (8/7/2025), Paul Farrell jatuh dengan sangat cepat ke dasar jurang. Secara naluriah, ia mencoba memperlambat laju kejatuhannya. Ia mencakar tanah dengan tangannya, berusaha mencari pegangan apapun yang bisa diraih. Usahanya membuahkan hasil saat ia berhasil meraih sebuah batu besar.
Saran Farrel untuk Pengelola Rinjani
Batu tersebut menghentikan laju jatuhnya. Farrell selamat dari kecelakaan yang hampir merenggut nyawanya. Meskipun mengalami luka-luka akibat benturan, ia berhasil bertahan. Seorang pendaki wanita asal Prancis yang berada di dekat lokasi kejadian segera meminta bantuan.
Setelah menunggu selama sekitar lima jam, tim penyelamat akhirnya tiba. Mereka segera mengevakuasi Farrell dari dasar jurang. Kisah Farrell ini disebut menjadi pelajaran berharga bagi para pendaki gunung.
Meskipun mengalami pengalaman yang sangat traumatis, Farrell justru menyatakan keinginannya untuk kembali mendaki Gunung Rinjani. Namun, ia menekankan pentingnya untuk lebih berhati-hati. Ia menyadari bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam setiap pendakian.
Farrell juga menyoroti perlunya peningkatan keamanan dan fasilitas di jalur pendakian Rinjani. Menurutnya, Indonesia masih kekurangan sumber daya untuk hal tersebut. Ia menyarankan agar biaya pendakian ditingkatkan sebagai salah satu cara untuk membiayai peningkatan keamanan.
Menurut Farrel, peningkatan biaya ini bisa digunakan untuk memperbaiki jalur pendakian. Selain itu, dana tersebut bisa dialokasikan untuk menambah peralatan keselamatan dan pelatihan bagi tim penyelamat.
Anggota DPR Soroti Proses Evaluasi Juliana
Sementara itu, anggota Komisi V DPR RI, Tom Liwafa, menilai proses evakuasi Juliana Marins─turis Brasil jatuh di Gunung Rinjani─masih manual. Ia menyarankan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) melengkapi alat pendeteksi suhu tubuh manusia untuk membantu pencarian di medan ekstrem.
Tom juga meminta Basarnas serius mendistribusi informasi setelah ada serangan komentar warganet Brasil ke akun Instagram Presiden Prabowo Subianto. Ia menyarankan, Basarnas menyediakan penerjemah maupun siaran pers resmi dalam bahasa asing secara cepat.
"Jadi, komplain dialihkan ke kanal resmi Basarnas, bukan ke Presiden. Ini sederhana, tapi powerful," ujar Tom dalam rapat dengar pendapat bersama Kepala Basarnas Mohammad Syafii di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin, 7 Juli 2025, lapor Antara.
Terlepas dari itu, ia mengaku mengapresiasi atas kerja keras tim Basarnas, TNI/Polri, dan segenap relawan yang akhirnya berhasil mengevakuasi Juliana Marins di tengah kondisi medan menantang, serta keterbatasan yang dihadapi.