Liputan6.com, Jakarta - Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) kini mewajibkan setiap wisatawan yang melaksanakan aktivitas pendakian ke Gunung Semeru menggunakan gelang pelacak 'radio frequency identification' (RFID). Penggunaan gelang tersebut untuk mempermudah pelacakan lokasi para pendaki, terutama ketika terjadi keadaan darurat.
Informasi itu dibagikan di akun Instagram @bbtnbromotenggersemeru pada 3 Juli 2025. Dalam unggahan itu disebutkan, jalur Semeru yang memukau. Meski kerap dianggap “ramah,” pendakian tetap menyimpan risiko mulai dari tersesat, terjatuh, hingga hilang.
Tak jarang, proses evakuasi memakan waktu lama karena sulitnya melacak posisi pendaki. Situasi seperti ini tentu bikin keluarga sahabat dan tim evakuasi harap-harap cemas.
"Kini, setiap pendaki akan dibekali gelang atau kartu RFID yang memungkinkan pelacakan posisi secara real-time. Dengan teknologi ini, penanganan darurat bisa dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran," tulis unggahan tersebut.
"Yuk Sahabat, kenali cara kerja gelang pelacak RFID agar pendakianmu makin aman dan tenang. Salam konservasi," sambungnya.
Persyaratan Mendapat Gelang Pelacak
Gelang pelacak ini dilengkapi dengan chip mini dan antena yang memancarkan sinyal ke menara pemancar di beberapa titik jalur pendakian. Saat pendaki yang menggunakan gelang tersebut posisinya berada di dekat alat pemancar chip akan mengirimkan data, di antaranya identitas pengguna dan lokasi keberadaan terakhir.
Setiap data yang masuk bisa diakses langsung lewat sistem pusat, misalnya di pos pendakian. Data langsung terkirim ke Kantor Resort Ranupani. Ketika sudah sampai di Ranu Kumbolo harus tap in atau check in supaya posisi terpantau, kalau lupa tap in, data pendaki tidak terekam.
Sebelum menerima gelang pelacak itu, calon pendaki diwajibkan membawa sejumlah persyaratan, berupa bukti pendaftaran rombongan, surat pernyataan tanggung jawab, daftar perlengkapan yang dibawa, KTP. Selanjutnya, kartu keluarga (KK) dan surat izin orangtua maupun wali bagi pendaki yang belum memiliki KTP, serta surat keterangan sehat.
Kuota Pendakian Semeru
Lebih lanjut, khusus anggota organisasi pendaki wajib menyertakan surat permohonan dari organisasi, salinan akta pendirian organisasi, dan membawa kartu tanda anggota organisasi, kartu tanda siswa, serta kartu tanda mahasiswa. Kuota pendakian dibuka setiap hari mulai pukul 8 pagi untuk pendakian H-30 dengan kuota maksimal 200 orang pendaki per hari.
Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa kembali erupsi pada Minggu pagi, 6 Juli 2025, dengan tinggi letusan mencapai 600 meter di atas puncak. Menurut Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Liswanto, kolom abu teramati berwarna putih kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya.
"Gunung Semeru erupsi pada pukul 05.42 WIB dengan tinggi kolom letusan teramati sekitar 600 meter di atas puncak atau 4.276 meter di atas permukaan laut (mdpl)," ujarnya, Minggu, dilansir dari kanal Regional Liputan6.com. Gunung dengan ketinggian 3.676 mdpl itu sebelumnya erupsi pada pukul 01.11 WIB dengan visual letusan tidak teramati.
Gunung Semeru Berstatus Waspada
Aktivitas kegempaan Gunung Semeru pada Sabtu, 5 Juli 2025 tercatat sebanyak 35 kali gempa letusan/erupsi dengan amplitudo 11-23 mm, kemudian enam kali gempa embusan dengan amplitudo 6-8 mm dan lama gempa 38-52 detik. Gunung di Jawa Timur ini tercatat mengalami dua kali harmonik dengan amplitudo 4-6 mm dan tujuh kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 11-30 mm.
Liswanto menjelaskan Gunung Semeru masih berstatus waspada, sehingga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan sejumlah rekomendasi, yakni masyarakat dilarang beraktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak (pusat erupsi).
Di luar jarak tersebut, katanya, masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan, karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
Lebih lanjut, ia mengatakan masyarakat perlu mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar hujan di sepanjang aliran sungai/lembah yang aliran airnya berhulu di puncak Gunung Semeru.