Kampanye Baca Tanpa Batas Berencana Hadirkan 11 Perpustakaan Digital Bagi Anak-anak Papua

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Landasan awal anak-anak mengakses materi pendidikan, baik secara informal maupun informal adalah literasi. Sayangnya hingga saat ini, aktivitas literasi di sejumlah daerah d Indonesia belum maksimal, salah satunya di Papua. Bahkan Papua masih merupakan yang terendah di antara 34 provinsi di Indonesia.

Untuk tu, Wahana Visi Indonesia (WVI) kembali menggaungkan kampanye Baca Tanpa Batas di acara Market in The Forest yang berlangsung selama dua hari di kawasan Cipete, Jakarta Selatan untu mewujudkan perpustakaan digital.

"Kehadiran perpustakaan digital akan bermanfaat bagi lebih dari 13.000 orang, dimana 3800 di antaranya adalah anak-anak usia 6 sampai 18 tahun," jelas Angelina Theodora, Direktur Nasional WVI dalam keterangan tertulis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Senin (7/7/2025).

"Masih banyak anak di Papua yang punya hambatan mengembangkan keterampilan literasinya semaksimal mungkin. Bahkan masih ada yang tidak bisa membaca dan memahami bacaan dengan baik. Kami berharap banyak pihak bisa terketuk hatinya dan mendukung kampanye ini," lanjut wanita yang biasa disapa Angel ini.

Fakta Pendidikan di Papua

Sosialisasi Baca Tanpa Batas di Market in The Forest dilakukan dengan beragam cara. Ada acara talkshow, bernyanyi bersama, storytelling, bermain, menggambar, dan penjualan merchandise. Kampanye Baca Tanpa Batas secara resmi akan dimulai pada Agustus 2025.

Hasil kampanye akan digunakan untuk menghadirkan fasilitas perpustakaan digital di 11 Rumah Baca dampingan WVI yang saat ini telah hadir di Sentani dan Biak. Angel menambahkan bahwa sebagai organisasi kemanusiaan yang berfokus pada anak, Wahana Visi Indonesia merasa resah dengan fakta pendidikan yang ditemui di lapangan.

Hal tersebut menyangkut kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan. Masalah di Tanah Papua dinilai bukan cuma soal akses anak atas literasi, tetapi ada juga persoalan orang dewasa di dalamnya. Ada guru yang tidak punya kemampuan literasi, guru yang tidak bisa membaca, tidak memiliki kemampuan mengajar yang baik, serta tidak masuk mengajar.

Fasilitas pendukung literasi juga masih minim, seperti buku, bahan ajar, dan ruang. Situasi itu membuat tradisi lisan yang dominan diwariskan secara turun-temurun menyebabkan literasi anak menjadi sangat rendah. 

Dukungan untuk Kampanye Baca Tanpa Batas

Menurut Co-Founder Køkken+ Scarlete Moniaga, selaku penyelenggara Market in The Forest yang telah menginjak tahun yang ke-10, pihaknya tergerak memberikan dukungan bagi literasi anak-anak dan masyarakat di Papua. Sebanyak 10 persen dari keseluruhan hasil penjualan yang didapatkan selama dua hari ini akan didonasikan untuk kampanye Baca Tanpa Batas.

"Sebagai platform komunitas kreatif yang mengutamakan kolaborasi untuk menciptakan hal kreatif yang baru, Køkken+ sangat senang dengan gagasan Wahana Visi Indonesia yang akan menghadirkan perpustakaan digital di Papua," ujar Scarlete.

Mereka berharap para pengunjung ikut tergerak dan secara langsung mendukung inisiatif baik ini. Dukungan untuk kampanye Baca Tanpa Batas juga diberikan para pengisi acara. Ada Monita Tahalea, Gaby Cristy, Imelda Fransisca, Yokbet Merauje, Han Chandra, Samuel Ray, Claudya Abednego, Yosnmusic, Kak Mul DISINI!, BiruMuda, Hey Wake Up, Sanctuary, Kecambah by Rumah Peran Indonesia, dan 25 sukarelawan yang datang dari berbagai latar belakang.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |