Liputan6.com, Jakarta - Mayoritas orang tak bisa melepaskan diri dari musik di kehidupan sehari-hari. Dari sekian banyak sumber suara yang terekam, pernahkah Anda mendengarkan suara musik asli dari alam?
Jika lupa atau tak paham yang dimaksud dengan suara alam, YKAN bekerja sama dengan Moon Folks meluncurkan album bertajuk Life Music yang berisi 10 lagu dengan suara asli dari alam Indonesia. Lokasi perekamannya beragam, mulai dari Raja Ampat di Papua Barat hingga Danau Nyadeng dan Hutan Wehea di Berau, Kalimantan Timur.
Ide merekam suara alam sebagai musik berasal dari Moon Folks, sebuah agensi periklanan di Jakarta. "Kita tuh kalau lagi stres, deadline udah tinggal dikit lagi, kadang suka dengerin white noise. Dari white noise itu, lama-lama berlanjut ke suara alam, which is banyak banget di YouTube," tutur Juan, salah seorang tim MoonFolks, berbicara dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, 23 April 2025.
"Tapi yang jadi concern kita waktu itu adalah, ini white noise-nya alam. Ibaratkan jadi pemusik, kok mereka enggak dapat royaltinya? Sedangkan, orang yang ngepost sembarangan, mereka bisa dapat adsense-nya. Mereka bisa dapat royalti, which is a bit unfair for us," sambungnya.
Ia dan rekannya kemudian mengusulkan ide menjadikan alam sebagai seniman yang juga berhak mendapatkan royalti kepada atasannya. Ide bersambut dan dilanjutkan dengan mencari mitra yang tepat. YKAN dipilih lantaran diketahui telah lama berkecimpung dalam bidang konservasi alam.
"Kita tuh menyambut baik karena bagus... Kita sendiri juga merasa, kita tuh senang dengar suara-suara alam yang menenangkan," kata Direktur Komunikasi YKAN, Priscilla Christin.
Proses Produksi Suara Alam
Pihaknya bersepakat untuk merekam sepuluh suara alam berbeda untuk album Life Music. "Tahun lalu, tepatnya 2024, YKAN juga merayakan 10 tahun perjalanan YKAN di Indonesia. Jadi, album Life Music ini dihadirkan sebagai rangkaian perayaan 10 tahun YKAN," jelas perempuan yang akrab disapa Cilla itu.
Lokasi suara alam diambil mewakili wilayah-wilayah kerja YKAN, baik di terestrial, daratan, dan lautan. Tidak hanya di hutan dan perairan, suara juga diambil dari lahan gambut Muara Siram tempat mereka melaksanakan konservasi lahan gambut. Begitu pula dengan Teluk Semanting yang menjadi lokasi program konservasi mangrove.
"Ini baru sebagian dari wilayah-wilayah kerja YKAN," katanya.
Proses perekaman suara melibatkan staf di lapangan atau bahkan warga yang didampingi. Mereka menggunakan alat-alat seadanya, seperti ponsel, kemudian dikirim ke pusat untuk di-mixing agar suaranya menjadi lebih jernih dan hidup.
Lifestyle Liputan6.com mencoba mendengarkan 10 track lagu Life Music yang durasinya rata-rata berkisar 1 menit itu. Pertama kali diputarkan, kita seakan diajak menikmati alam di tempatnya langsung. Di track Harmony of Wehea Forest misalnya, terdengar jelas suara bekantan bersahutan dengan burung yang berkicau.
Dari Suara Sentuh Hati untuk Peduli Alam
Sepuluh track suara itu kini bisa didengarkan di Spotify dan YouTube secara gratis. Peluncurannya diapresiasi Kementerian Kehutanan lewat Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Kawasan Konservasi, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Kehutanan, Nandang Prihadi.
Ia meyakini bahwa musik merupakan media universal yang mampu menyentuh hati dan mendorong seseorang untuk mau mengambil tindakan. "Peluncuran album ini menjadi momen yang sangat relevan dengan Hari Bumi, mengingatkankita semua akan tanggung jawab bersama untuk menjaga kelestarian alam demi generasi mendatang," ujar Nandang.
Itu pula yang menjadi perhatian Direktur Eksekutif YKAN, Herlina Hartanto. Ia berharap publik akan semakin menyadari besarnya manfaat alam bagi keberlangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
"Suara alam, seperti nyanyian dan kicauan burung, bisa memberi kita kebahagiaan. Suara deburan ombak atau hujan, bisa memberi kita ketenangan. Bila alam rusak, anugerah ini akan hilang. Bisakah kita bayangkan hidup di tengah-tengah alam yang sunyi sepi, tanpa suara-suara tersebut?" ujarnya.
Pemanfaatan Royalti Album Life Music
Cilla menambahkan, bahwa dengan album Life Music, semakin banyak orang yang bisa lebih menghargai alam karena alam telah banyak memberi pada manusia. "Enggak take it for granted, lebih menghargai... Alam itu sudah memberikan yang berharga buat kita yang mendukung kehidupan kita," katanya.
"Ayo kita kembalikan royalti sebanyak mungkin. Kalau bisa, kita kembalikan ke musisi yang sudah memberikan musik-musik yang indah yang bisa kita nikmati bersama," imbuhnya.
Terkait royalti tersebut, jumlahnya akan dikumpulkan di YKAN dan disalurkan untuk mendukung program konservasi yang dilakukan oleh YKAN di berbagai wilayah di Indonesia. "Sekarang pun kita sudah ongoing melakukan program konservasi ini dan royalti yang didapat akan mendukung kegiatan operasionalnya," jelas Cilla.
Salah satunya melakukan ekspedisi ilmiah pada 15--30 April 2025 di Kepulauan Teon, Nila, dan Serua (TNS), Kabupaten Maluku Tengah. Ekspedisi yang dilakukan lintas pihak itu mencakup survei biofisik, keanekaragaman hayati, sosial ekonomi budaya, tata kelola dan pemetaan spasial yang menyeluruh, dengan tujuan mengumpulkan data dasar yang komprehensif untuk mendukung pengelolaan sumber daya hayati pesisir dan laut berbasis masyarakat dan perikanan skala kecil secara berkelanjutan.