Cerita Para WNI yang Bekerja di Kapal Pesiar dan Potensi Pengembangan Wisata Ini Secara Lokal

6 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - "Dari semua destinasi yang pernah saya datangi selama bekerja di kapal pesiar, Indonesia tetap yang terbaik di dunia," seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Hamdan Purwanto Octava mengatakan dalam sesi wawancara dengan Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 1 Mei 2025

Ia adalah satu dari sekian banyak WNI yang bekerja di kapal pesiar asing, berada jutaan kilometer dari rumah, di tanah, atau laut, yang sama sekali bukan kampung halaman. Namun, Wanto, sapaan akrabnya, mengaku melalui banyak suka alih-alih duka selama bekerja di kapal pesiar.

"Ada dua periode saya bekerja di kapal pesiar," ia berbagi. "Pertama, tahun 2012 sampai 2015 di kapal pesiar Disney Fantasy, bagian dari The Walt Disney Company di Florida, Amerika Serikat. Kemudian saat ini (sebagai 2nd electrical technician) sejak 2023, saya bekerja di kapal pesiar Virgin Voyages Scarlett Lady, bagian dari perusahaan Virgin yang kantor pusatnya di Britania Raya, tapi daerah operasinya di Miami, Florida (AS)."

Di belahan dunia berbeda, ada WNI lainnya yang bekerja di kapal pesiar sungai di Eropa. Ia adalah Chef Ramli Ramdani, yang kini merupakan Chef de Partie Viking River Cruise. Bercerita lewat pesan tentang awal bekerja di kapal pesiar, Jumat, 2 Mei 2025, ia menuturkan, "Semua berawal dari cerita teman ke teman tentang pekerjaan di kapal pesiar."

Perbincangan ini, kata dia, seputar penghasilan yang bisa tiga sampai empat kali lipat dari pekerjaan di bisnis hotel atau restoran yang sebelumnya ia jalani. "Itulah motivasi terbesar saya untuk pergi bekerja ke Eropa," ujar chef yang kini sudah dua tahun bekerja di bisnis wisata kapal pesiar itu.

Suka Duka Bekerja di Kapal Pesiar

Berbicara tentang pengalaman menyenangkan bekerja di kapal pesiar, Chef Ramli berkata, "Saya bisa melihat dunia yang lebih luas dan bergaul dengan teman-teman dari berbagai belahan dunia. Juga, bisa melihat tempat-tempat wisata di sana secara gratis, yang mungkin tidak bisa saya lakukan dengan uang pribadi."

Sementara itu, Wanto menuturkan, "semua hal yang terjadi di kapal pesiar itu menyenangkan." "Karena kami mendapat sesuatu yang belum pernah didapatkan di dalam negeri sebelumnya. Semua fasilitas didapatkan secara full board, mulai dari makanan yang selalu istimewa, housing, sampai fasilitas traveling."

Di samping, pria asal Bali itu mengatakan bahwa ia bisa menambah kemampuan secara profesional, terutama terkait teknologi yang belum ada di Indonesia. Soal duka kerja di kapal pesiar, Wanto hanya menyebut satu hal: jauh dari keluarga.

Duka bekerja di kapal pesiar yang dibagikan Chef Ramil pun terkait keluarga. Ia mengatakan, "Pengalaman paling menyedihkan untuk saya ketika Ayah saya sakit keras, tapi Alhamdulillah perusahaan kasih izin pulang walau ketika saya sampai rumah sakit, ayah saya meninggal dua jam setelah bertemu saya."

Awal bekerja di kapal pesiar, kata Wanto, dia sempat tidak yakin bisa melakukannya. Tapi setelah terjun langsung, menurut dia, ini adalah pekerjaan yang juga bisa dikerjakan WNI. "Terkadang kendalanya hanya di bahasa, tapi untuk urusan bekerja, kita mampu semua," katanya yakin.

Tips bagi WNI yang Mau Bekerja di Kapal Pesiar

Berbagi tips pada sesama WNI yang ingin berkeja di kapal pesiar, ia menyebut tiga hal: niat, mental, dan siapkan semua dokumen. Berkaca pada pengalamannya, Wanto merekomendasikan untuk menggunakan jasa agensi terpercaya.

"Jangan mau bila ditagih sejumlah uang, entah dengan alasan apapun," ia memperingatkan. "Lebih baik mundur, karena bisa saja itu bukan agensi terpercaya. Selama bekerja di kapal pesiar, saya tidak pernah mengeluarkan uang satu rupiah pun, kecuali untuk mengurus dokumen-dokumen."

Ia melanjutkan, "Ketika nanti sudah join di kapal pesiar, jangan baper, karena kita bekerja dengan berbagai karakter manusia dari seluruh dunia. Kadang bagi mereka bercanda, kita serius menanggapinya, pun sebaliknya. Pahami karakter, kultur mereka, sehingga kita tidak tersesat nantinya ketika bekerja di kapal pesiar."

"Jangan banyak mengurusi urusan orang lain, istilahnya do your part, lakukan saja bagian kita sendiri, kita tidak perlu menengok kiri-kanan karena kita bekerja untuk diri kita sendiri," ia menambahkan. Yang terpenting, kata Wanto, jaga kesehatan dan keselamatan selama bekerja.

Sementara itu, Chef Ramli menyarankan untuk jangan pernah minder. "Ketika memulai bekerja di kapal pesiar, ketika perasaan homesick itu datang, ingatlah itu terjadi pada semua orang. Jadi, jangan khawatir, jalani saja, fokus pada niat awal," ia menyarankan

"Untuk yang baru mau mencoba, coba fokus pada skill dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya sebagai modal awal untuk melamar posisi tertentu di kapal pesiar," imbuhnya.

Potensi Wisata Kapal Pesiar di Indonesia

Setelah bekerja langsung di kapal pesiar di luar negeri, bagaimana potensi jenis wisata ini di Indonesia? Chef Ramli berpendapat, "Potensi Indonesia sangat besar sekali. Bahkan, sebenarnya ada beberapa kapal yang sudah melewati perairan Indonesia saat ini, namun baru di beberapa destinasi wisata tertentu, seperti Komodo, Bali, da Raja Ampat."

Wanto, yang menganggap destinasi wisata di Indonesia adalah yang terbaik di dunia setelah berkelana di luar sana, pun bertanya-tanya, mengapa masih jarang kapal pesiar yang berlayar di dalam negeri. "Kemungkinan karena regulasi ketat dari pemerintah, atau biaya sandar kapal pesiar yang sangat tinggi, atau fasilitas yang belum mendukung kapal pesiar bersandar," ujarnya.

Terkait itu, CEO Yacht Sourcing, Boum Senous, mengatakan bahwa sebenarnya, minat wisata kapal pesiar di Indonesia bergerak ke arah positif. "Kami melihat akan ada peningkatan pergerakan dari pasar regional. Wisatawan dari Singapura, Thailand, Hong Kong, dan Malaysia menunjukkan minat yang besar," ungkapnya melalui pesan, Sabtu, 3 Mei 2025.

"Bahkan untuk cruising di danau, seperti Danau Toba, makin banyak diminati, terutama oleh wisatawan Malaysia. Indonesia secara geografis dan alam memang sudah unggul, yang dibutuhkan sekarang adalah pengembangan yang tepat," ia menambahkan.

Terkait kesiapan infrastruktur dalam negeri menyambut tren wisata ini, Senous berbagi, "Kalau bicara kapal pesiar besar, itu bukan bidang kami langsung dan kami tidak punya datanya. Tapi untuk pariwisata maritim secara umum, kami butuh lebih banyak marina. Saat ini, marina yang cukup baik ada di Bali, Batam, dan Banyuwangi, tapi itu pun belum cukup."

Tantangan Pengembangan Wisata Kapal Pesiar di Indonesia

Maka itu, Yacht Sourcing membentuk Marina Sourcing, divisi khusus untuk mengembangkan dan memberi konsultasi proyek marina di Indonesia. "Sebenarnya ini bisa dilakukan cepat, setidaknya dalam 18 bulan ke depan, Indonesia bisa punya tiga atau empat marina baru yang siap beroperasi. Dampaknya bisa sangat besar untuk sektor ini," menurut dia.

Selain infrastruktur, armada jadi tantangan lainnya dalam menyembangkan wisata kapal pesiar di Indonesia. "Kita butuh kapal-kapal baru," ujar Senous. "Armada kapal di Jakarta dan Bali banyak yang sudah tua. Kami mewakili 13 merek yacht, jadi kami bisa bantu sediakan kapal yang memang dirancang khusus untuk pariwisata, bukan kapal lama yang dimodifikasi."

"Selain itu, proses impor kapal juga perlu dipermudah. Kalau kapal tersebut memang ditujukan untuk pariwisata, aturannya harus lebih sederhana dan cepat. Sekarang, prosesnya masih terlalu rumit dan mahal," imbuhnya.

Secara tren, kata dia, banyak orang sekarang lebih memilih perjalanan singkat. Day cruise, terutama di Jakarta, Bali, dan Labuan Bajo, semakin diminati. "Masih ada permintaan untuk pelayaran menginap, tapi kebanyakan wisatawan lebih suka pengalaman yang fleksibel dan cepat. Lebih spontan, lebih mudah diakses, tapi tetap bisa merasakan sisi mewahnya," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |