2 Maskapai Penerbangan Terbesar Eropa Sebut Penjualan Tiket Pesawat ke AS Menurun, Kebijakan Trump Disebut Bikin Kapok Turis Asing

9 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Dua maskapai penerbangan terbesar di Eropa, Air France-KLM dan Lufthansa, melaporkan tingkat penjualan tiket pesawat transatlantik menuju Amerika Serikat menurun menyusul kebijakan Presiden Donald Trump yang tak populis, dari tarif perdagangan hingga kebijakan perbatasan. Sebaliknya, semakin banyak orang Amerika yang bepergian ke Eropa.

Dilaporkan Financial Times, Air France-KLM menyatakan pemesanan penerbangan transatlantik dari Eropa ke AS periode Mei─Juni 2025 menurun 2,4 persen, sementara permintaan tiket dari AS ke Eropa meningkat sebesar 2,1 persen.

"Kami tahu ada banyak pelanggan yang menahan diri untuk membeli tiket karena ketidakpastian tentang... perbatasan, dan hal-hal seperti itu," kata CEO Air France-KLM Ben Smith kepada investor dalam panggilan pendapatan 29 April 2025.

Sementara Lufthansa menyebut ada 'sedikit pelemahan' dalam laporan pendapatannya pada 28 April 2025. "Jika berbicara tentang perjalanan liburan ke AS, terutama dari pasar Jerman, Austria, dan Swiss, mudah untuk membayangkan percakapan di meja makan di mana keluarga berkata 'kami belum tahu apakah kami benar-benar ingin pergi'," kata kepala eksekutif maskapai Carsten Spohr.

Namun, Spohr memprediksi pelunakan yang baru-baru ini disampaikan dalam retorika Gedung Putih tentang tarif akan menyebabkan peningkatan permintaan di akhir tahun.

"Diskusi tentang tarif tidak lagi sepanas empat minggu lalu," katanya kepada para analis, menurut Daily Mail, dikutip dari laman news.com.au, Sabtu, 3 Mei 2025. "Itulah sebabnya kami yakin bahwa beberapa pemesanan ini akan pulih dalam beberapa minggu mendatang."

Pergerakan Turis ke AS Melemah, Maskapai Tahan Diri

Meskipun demikian, Lufthansa bermaksud memangkas rencananya untuk memperluas jumlah penerbangan transatlantik dari enam persen menjadi tiga persen pada kuartal terakhir tahun ini, dengan membentuk gugus tugas untuk menyesuaikan jadwal penerbangan jika permintaan terus menurun.

Menurut Tourism Economics, perjalanan ke AS dari Jerman dan Spanyol masing-masing turun 30 persen dan 25 persen pada Maret 2025. Penurunan tajam juga terjadi pada jumlah warga Australia yang bepergian ke AS sejak puncak pandemi COVID-19, menurut statistik Administrasi Perdagangan Internasional AS.

Penurunannya mencapai tujuh persen pada Maret tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Itu adalah penurunan terbesar sejak Maret 2021. Tak heran Tourism Economics memproyeksi kedatangan wisatawan asing di AS akan menurun tajam tahun ini.

Perusahaan data perjalanan tersebut merevisi prospeknya setelah pengumuman tarif besar-besaran Donald Trump pada 2 April 2025, dengan perkiraan penurunan kedatangan pelancong internasional ke AS mencapai 9,4 persen. Pengeluaran mereka juga diperkirakan turun lima persen, yang berarti kerugian sebesar USD9 miliar.

Sikap Trump soal Keamanan Perbatasan dan Imigrasi Picu Sentimen Negatif

Tourism Economics juga mencatat perjalanan internasional ke AS akan turun sebesar 15,2 persen pada 2025 dengan kunjungan dari negara-negara seperti Jerman dan Spanyol telah turun lebih dari 25 persen pada musim semi ini. Laporan Tourism Economics menyebut bahwa kebijakan Trump menciptakan 'pergeseran sentimen negatif terhadap AS di antara para pelancong'.

Sikap Trump soal keamanan perbatasan dan imigrasi dianggap sebagai faktor-faktor yang menghambat kunjungan. Tak heran bila permintaan layanan konsultasi perjalanan pun meningkat drastis.

James Robertson, kepala keamanan global untuk firma International SOS, mengatakan kepada news.com.au bahwa keseluruhan portofolio kasus keamanan perusahaan untuk AS, utamanya terkait rekomendasi sebelum bepergian atau saat sudah berada di AS, meningkat tiga kali lipat dari Januari hingga April, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dia mengatakan kebakaran hutan Los Angeles bertanggung jawab atas sebagian lonjakan itu, tetapi begitu pula tindakan keras Trump terhadap perbatasan.

Melissa Vincenty, direktur pelaksana Worldwide Migration Partner, menyampaikan hal senada. Pihaknya telah melihat 'penurunan besar' dalam jumlah klien yang ingin pergi ke AS.

Donald Trump Bantah Pariwisatanya Menurun

"Kami menangani imigrasi di kedua arah. Kami telah melihat penurunan besar dalam permintaan visa untuk pergi ke AS dan peningkatan besar dalam jumlah orang yang ingin kembali ke Australia dan membawa keluarga mereka," kata Vincenty. "Itu baru terjadi dalam 60 hari terakhir. Kami menerima ratusan panggilan dalam sebulan sehingga kami dapat melihat trennya dan memang begitulah trennya."

Meski begitu, pemerintahan Trump berulang kali membantah tudingan tentang pukulan terhadap industri perjalanan yang disebabkan oleh kebijakan imigrasinya. Padahal, angka-angka dari Kantor Perjalanan dan Pariwisata Nasional mengungkapkan jumlah pengunjung telah turun 11,6 persen pada Maret 2025 karena deportasi dan tarif membuat AS menjadi tujuan yang kurang menarik.

Trump mengklaim temuan itu "bukan masalah besar" dan bahwa "pariwisata sedang meningkat". "Oh, tentu saja, pariwisata berjalan sangat baik," kata Trump kepada jurnalis Amerika dan reporter ABC Terry Moran setelah ia mengoreksi klaim bahwa jumlah pengunjung meningkat.

"Kami melakukannya dengan sangat baik. Tunggu [sampai] Anda melihat angka sebenarnya keluar enam bulan dari sekarang."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |