Liputan6.com, Jakarta - Di setiap pabrik umumya ada berbagai peralatan canggih seperti mesin yang bisa memproduksi barang dalam waktu singkat. Meski begitu di pabrik teh Sosro di Slawi, Jawa Tengah, tidak semuanya dijalankan oleh mesin.
Pabrik yang membuat berbagai macam teh seduh dan celup ini mempekerjakan sejumlah wanita untuk membungkus salah satu produk teh seduh. Tim Lifestyle Liputan6.com yang berkunjung ke pabrik tersebut pada 30 April 2025, melihat sendiri beberapa orang wanita yang membungkus teh seduh.
Tangan mereka bergerak begitu cepat tapi juga cermat karena bisa membungkus produk dengan rapi. Jika menggunakan mesin, pembungkusan bisa lebih cepat dan lebih banyak lagi. Meski begitu, manajemen PT Sinar Sosro Gunung Slamat (SGS) tetap mempekerjakan para perempuan yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga (IRT) dan merupakan warga sekitar pabrik.
Menurut Direktur Marketing Ready To Serve PT Sinar Sosro Gunung Slamat, Yolanda Effendi, pihaknya lebih memilih tenaga manusia untuk membungkus karena beberapa alasan, salah satunya untuk tetap mengkaryakan warga lokal yang sudah sejak dulu menjadi bagian dari pabrik tersebut.
"Selain itu kita ingin ibu-ibu di sekitar pabrik yang sejak awal pabrik ini berdiri sudah ada bekerja di sini, dan kita harapkan bisa terus berlangsung selama pabrik ini ada," terang Yolanda.
"Pekerjaan mereka membungkus produk teh ini dari pagi sampai siang hari, sampai sekitar jam 12 atau jam 1 siang sudah selesai. Jadi mereka bisa bekerja dan tetap bisa mengurus anak, suami dan keluarganya," sambungnya.
Kunjungan ke Pabrik Teh
Pabrik teh di Slawi ini juga menbuka pintu bagi siapa saja untuk berkunjung. Bagi mereka yang ingin berkunjung ke pabrik biasanya harus terdiri dari rombongan atau komunitas dan mengajukan ijin lebih dulu ke pihak pengelola pabrik untuk nanti diatur waktu kunjungannya.
Jadwal kunjungan ditetapkan dari hari Senin sampai Kamis dan maksimal sampai pukul 12 atau pukul 1 siang. Kunjungan biasanya dilakukan pagi hari sampai siang hari, karena ada divisi yang pekerjaannya sudah selesai di siang hari.
Nanti pengunjung bisa melihat-lihat pabrik dengan didampingi guide dan tentunya harus mengikuti aturan yang ada. Ada bagian-bagian yang tidak boleh difoto oleh pengunjung, ada yang harus memakai masker dan diatur sedemikian rupa supaya kalau ada kunjungan tidak menganggu konsentrasi para karyawan yang sedang bekerja.
Perusahaan yang didirikan (alm) Soegiharto Sosrodjojo ini mengawali bisnisnya pada 1940 di Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, dengan memproduksi teh wangi seduh dengan merek Teh Cap Botol. Produk Teh Cap Botol menjadi salah satu produk unggulan, serta cikal bakal pionir minuman teh dalam botol dengan jenama Teh Botol Sosro.
Mendirikan Yayasan dan Panti Asuhan
Sementara itu, istri Soegiharto yaitu Soegiharti Widjaja terpanggil untuk aktif dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan Yayasan Keluarga Sejahtera Manunggal yang menginduki Sekolah Luar Biasa Manunggal Slawi yang memberikan pendidikan bagi anak-anak tuli dan juga mendirikan panti asuhan.
Namun seperti menjalankan usaha pada umumnya, usaha teh ini juga tidak luput dari tantangan. Pada 1953, ada musibah kebakaran hebat yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.
Namun, hal ini tidak membuat Soegiharto dan timnya menyerah, tapi semakin semangat dan menjadikan peristiwa ini sebagai titik balik kemajuan usahanya. Seiring dengan permintaan pasar untuk Teh Cap Botol yang semakin tinggi, mereka lantas mulai menggunakan mesin dalam pengolahan teh wanginya.
Penggunaan mesin dilakukan lantaran proses pemasakan teh wangi yang awalnya menggunakan cubung dan kompor yang dimasak dengan arang sudah tidak memungkinkan lagi untuk diperluas. Teh Cap Botol pun semakin dikenal dan digemari sampai di satu titik di mana permintaan sudah melebihi kapasitas produksi. Selanjutnya mereka mengambil keputusan strategis untuk memusatkan penjualan Teh Cap Botol ke daerah Jakarta.
Minuman Teh dalam Botol
Keputusan ini pula yang nantinya melahirkan inovasi baru bagi perusahaan, seperti Teh Botol Sosro yang merupakan pelopor minuman teh dalam botol dan juga Teh Cap Poci.
"Kami berkomitmen untuk menjaga kualitas dari hulu ke hilir, mulai dari pemeliharaan tujuh kebun teh milik PT. Sinar Sosro Gunung Slamat yang tersebar di beberapa area di Jawa Barat yang menjadi sumber bahan baku untuk produk-produk teh kami, sampai dengan kerjasama dengan petani bunga melati yang terletak di beberapa sentra penghasil bunga melati di Jawa Tengah," tutur Yolanda.
Dalam proses berikutnya, teh yang dihasilkan di kebun sendiri kemudian diproses di PT. SGS pabrik Slawi yang sudah bersertifikasi ISO 22000 dan CPPOB untuk terus memenuhi standar keamanan pangan. Mereka memastikan bahwa semua kemasan primer yang digunakan, diperoleh dari pemasok yang berkualitas dan bersertifikasi internasional untuk menjamin keamanan produk yang dikonsumsi oleh konsumen.
Produk-produk teh yang dihasilkan PT. SGS dipastikan bersertifikasi Halal dan sudah mendapatkan Izin Edar dari BPOM RI sehingga aman untuk dikonsumsi oleh konsumen Indonesia.