Studi: Anak-anak dengan Perilaku Emosional Terkait Durasi Bermain Gawai

4 days ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Waktu yang dihabiskan di depan layar gadget dapat meningkatkan risiko masalah sosial dan emosional pada anak-anak, dan anak-anak yang tertekan mungkin akan beralih ke layar sebagai cara untuk mengatasinya, menurut sebuah studi baru.

Mengutip Euronews, Rabu (10/6/2025), kesimpulan ini merupakan hasil studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Bulletin. Penelitian yang melibatkan hampir 293.000 anak-anak, menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih sering menggunakan perangkat digital seperti ponsel pintar, tablet, dan konsol permainan lebih rentan mengalami masalah emosional dan perilaku.

Penelitian ini menyoroti betapa sulitnya bagi orangtua untuk menetapkan batasan di era digital saat ini, hingga dampaknya sangat signifikan kepada anak-anak dan emosionalnya. "Anak-anak menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar untuk berbagai kegiatan, mulai dari hiburan hingga mengerjakan pekerjaan rumah," ungkap Michael Noetel, profesor madya di Universitas Queensland, Australia.

Masalah Emosional dan Perilaku

Penelitian tersebut, yang merupakan meta-analisis dari 117 studi yang dipublikasikan dalam jurnal Psychological Bulletin, difokuskan pada anak-anak berusia 10 tahun atau lebih muda. Penelitian melacak penggunaan media sosial, gim video, menonton TV, dan mengerjakan pekerjaan rumah daring, serta mengukur masalah-masalah seperti agresi, kecemasan, dan rendahnya rasa percaya diri.

Ditemukan bahwa anak-anak yang lebih sering menggunakan layar gadget memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah eksternalisasi. Mereka memukul, menendang, berteriak, menjerit, dan menantang orang dewasa.

Anak-anak ini juga mengalami masalah internalisasi, seperti menghindari konflik, menarik diri dari orang lain, atau jatuh dalam keputusasaan. Pada gilirannya, mereka lebih cenderung menggunakan layar, mungkin sebagai mekanisme koping. Mekanisme ini adalah cara yang digunakan seseorang untuk mengatasi perasaan tidak nyaman, seperti stres, cemas, atau tertekan, dan merespons situasi yang mengancam atau menimbulkan masalah. 

Perbedaan Gender dalam Penggunaan Layar

Anak perempuan lebih cenderung mengalami masalah emosional dan perilaku setelah penggunaan layar yang meningkat, sementara anak laki-laki lebih cenderung menggunakan layar sebagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa aktivitas daring tampak lebih berbahaya daripada yang lain.

Penelitian tersebut menemukan hubungan yang lebih kuat antara bermain gim dan masalah emosional atau perilaku – tetapi tidak menemukan risiko tambahan dari paparan konten kekerasan. Yang perlu diperhatikan, para peneliti tidak membuktikan secara meyakinkan bahwa waktu menonton layar menyebabkan masalah emosional atau perilaku, tetapi justru menunjukkan bahwa kedua masalah tersebut saling terkait.

"Itu adalah bukti kausal yang paling mendekati tanpa harus memotong layar secara acak untuk ribuan anak," kata Noetel.

"Namun, kita tetap tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan faktor lain – seperti gaya pengasuhan – yang dapat memengaruhi penggunaan layar dan masalah emosional".

Implikasi dan Rekomendasi

Hasil tersebut menggarisbawahi "perlunya pendekatan yang bernuansa untuk mengelola waktu menonton layar anak-anak," kata Roberta Vasconcellos, penulis utama studi dan dosen di Universitas New South Wales Australia, dalam sebuah pernyataan.

"Temuan tersebut membantu memperkuat pedoman waktu menonton layar untuk anak-anak," kata para peneliti.

"Namun, kita tetap tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan faktor-faktor lain – seperti gaya pengasuhan – yang dapat memengaruhi penggunaan layar dan masalah emosional".

Hasil tersebut menggarisbawahi "perlunya pendekatan yang bernuansa untuk mengelola waktu layar anak-anak," kata Roberta Vasconcellos, penulis utama studi dan dosen di Universitas New South Wales Australia, dalam sebuah pernyataan.

Peneliti mengatakan temuan tersebut membantu memperkuat pedoman waktu layar untuk anak-anak. Namun, mereka mengatakan pedoman ini harus lebih dari sekadar membatasi waktu, dan juga mempertimbangkan kualitas konten dan sifat interaksi sosial anak-anak secara daring.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |