Liputan6.com, Jakarta - Malam 1 Suro atau dikenal sebagai malam Tahun Baru Islam, merupakan waktu yang penuh makna bagi umat Muslim di Indonesia. Di momen penanggalan baru kalender hijriyah tersebut, berbagai tradisi dan ritual dilakukan.
Mengutip laman NU Online, Kamis (12/6/2025), kata ‘Suro’ sendiri berasal dari bahasa Arab yakni ‘asyuro atau ‘asyroh yang berarti hari ke sepuluh. Secara harfiah, Suro adalah salah satu nama bulan dalam penanggalan Jawa yang bertepatan dengan Muharram dalam kalender Hijriah.
Pada malam ini bukan hanya tradisi dan ritual, tapi ada pula sajian makanan khas yang memiliki simbolisme tersendiri. Apa saja makanan khas Malam 1 Suro yang dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia?
Setiap daerah memiliki cara unik dalam merayakan Malam 1 Suro, dan makanan yang disajikan pun bervariasi. Namun, ada beberapa hidangan yang umum ditemukan dan menjadi tradisi di banyak tempat.
Makanan-makanan ini tidak hanya lezat, tetapi juga memiliki makna yang dalam bagi masyarakat yang merayakannya. Berikut adalah tujuh makanan khas Malam 1 Suro yang wajib dicoba, dirangkum dari berbagai sumber.
1. Bubur Suro
Bubur Suro adalah hidangan utama yang menjadi simbol dalam perayaan Malam 1 Suro. Terbuat dari beras yang dimasak dengan santan, garam, jahe, dan serai, bubur ini memiliki rasa gurih yang kaya rempah.
Biasanya, bubur ini disajikan dengan lauk pendamping seperti opor ayam, sambal goreng labu siam, orek tempe, kacang goreng, dan telur dadar. Penyajiannya sering menggunakan daun pisang sebagai alas, dan sebelum disantap, bubur ini biasanya didoakan bersama.
2. Nasi Tumpeng
Mengutip dari Antara, nasi tumpeng dengan bentuk kerucutnya yang khas melambangkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di Semarang, Jawa Tengah, tumpeng akan disantap dalam balutan tradisi "Kembul Bujana" atau tradisi menyantap tumpeng secara bersama-sama.
Tradisi menyajikan tumpeng biasanya dilakukan warga lokal Banyuwangi, Jawa Timur. Mereka biasanya menggelar ritual "Gerebeg Tumpeng Agung" setiap tiga tahun sekali di bulan Suro atau Muharram dan pada tanggal 20 Suro.
Tumpeng agung dibuat dengan lima jenis, yakni dua tumpeng nasi gunungan yang terdiri dari nasi kuning dan nasi putih, satu tumpeng berisi palawija, satu tumpeng berisi jajan pasar, dan tumpeng berisi buah-buahan. Nantinya tumpeng diarak keliling kampung.
3. Apem
Kue apem adalah bagian integral dari tradisi Jawa dan sering dihubungkan dengan kepercayaan dan ritual yang ada di malam 1 Suro. Kue apem, yang terbuat dari tepung beras, santan, dan gula jawa, dianggap sebagai simbol kesucian dan keberkahan.
Gula merah yang digunakan sebagai bahan dasar juga melambangkan darah, keberanian, atau pengorbanan, sementara kue apem putih melambangkan kesucian. Sementara di Jawa kue apem disajikan pada 1 Muharram, masyarakat Gorontalo menyajikan kue apangi atau apem pada tanggal 10 Muharram, dengan bahan dasar tepung beras dan gula merah.
4. Ayam Ingkung
Ayam ingkung umumnya dibuat hanya pada acara-acara istimewa, tidak terkecuali Tahun Baru Islam. Ayam ingkung terkadang menjadi tokoh utama bersamaan dengan tumpeng.
Keutuhan ayam ingkung bisa difilosofikan sebagai keutuhan masyarakat yang akur meski berbeda-beda dalam menjalani kehidupan. Tapi pada akhirnya ayam ingkung akan dibagi-bagi untuk disantap bersama banyak orang.
5. Bubur Merah Putih
Bubur merah putih terbuat dari beras ketan. Penyajiannya, dua warna bubur ini disajikan dalam satu piring melengkapi satu sama lain. Bubur ini biasanya dibuat dalam jumlah banyak untuk dibawa ke masjid sambil doa bersama sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan.
6. Gunungan
Gunungan adalah tradisi menata hasil bumi seperti kue apem, sayuran dan buah-buahan menyerupai gunung dengan ukuran besar oleh masyarakat Jawa Tengah saat merayakan Tahun Baru Islam. Gunungan ini akan diarak setelah didoakan dan dijadikan rebutan warga yang ada di jalan sebagai bentuk rasa syukur dan harapan tahun yang baik.
7. Jenang 7 rupa
Jenang 7 rupa atau bubur tujuh warna adalah makanan khas orang Jawa yang dibuat untuk merayakan Tahun Baru islam. Bubur ini akan dibawa ke musala atau masjid untuk didoakan bersama dan dibagi-bagikan ke jemaah.
Namun bubur 7 rupa juga bisa menjadi menu masyarakat Bugis, Sulawesi Selatan dengan sebutan bella pitunrupa yang dibuat dari tujuh hasil bumi seperti jagung, beras ketan putih, kacang hijau, labu, pisang, nangka, dan beras yang diolah dan ditempatkan di 7 mangkuk.