Liputan6.com, Jakarta - Selama lebih dari 750 tahun, aturan ketat yang mengatur apa saja makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi para kardinal selama konklaf telah berlaku. Ini dilakukan guna mencegah pesan tersembunyi diselipkan di dalam ayam, ravioli, dan serbet.
Minggu-minggu ini, melansir BBC, Sabtu, 3 Mei 2025, para pelancong di Roma mungkin melihat para kardinal sering mengunjungi restoran favorit mereka. Tepat sebelum pemilihan paus terakhir pada 2013, media Italia melaporkan bahwa banyak dari kardinal menyempatkan diri mengunjungi restoran lokal populer, seperti Al Passetto di Borgo.
Para kardinal mungkin merasa perlu makan enak karena selama konklaf yang akan dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, mereka akan sepenuhnya diasingkan dari dunia luar untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Pemungutan suara, tidur, dan makan, semuanya dilakukan dalam ruang tertutup yang dikontrol ketat.
Konklaf pemilihan paus terkenal sebagai acara yang sangat rahasia. Para kardinal diamankan di satu tempat bersama tanpa ada pesan yang boleh masuk atau keluar, kecuali asap yang menandakan apakah pemungutan suara telah berhasil. Asap putih menandakan paus baru dan asap hitam berarti pemungutan suara lain diperlukan untuk mencapai konsensus dua pertiga plus satu yang diperlukan untuk memahkotai paus baru.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam konklaf tidak diketahui. Tapi, satu hal yang pasti, para kardinal harus tetap makan untuk melanjutkan proses pemilihan pemimpin baru dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.
Makanan Jadi Risiko Potensial
Namun dengan ketentuan yang berlaku, bagaimana kerahasiaan konklaf dapat dipertahankan? Bagaimana para kardinal dapat memastikan integritas pemungutan suara, tanpa terpengaruh pendapat dari luar?
Secara historis, makanan telah menghadirkan risiko potensial. Ravioli kardinal mungkin diisi pesan terlarang dari staf dapur, atau seorang kardinal dapat menyelinapkan pembaruan suara ke dunia luar melalui serbet kotor.
Namun, makan bersama juga merupakan salah satu momen negosiasi sembunyi-sembunyi dapat terjadi. Kode kerahasiaan konklaf dimulai sejak 1274, ketika Paus Gregorius X menetapkan peraturan yang sebagian masih mengatur bagaimana pemilihan paus dijalankan saat ini.
Konklaf saat itu merupakan konklaf terlama, yang memakan waktu hampir tiga tahun, 1268─1271, untuk mencapai konsensus mayoritas yang dibutuhkan untuk menunjuk paus baru. Menurut kanonis Italia Henricus de Segusio, yang bertugas dalam konklaf tersebut, penduduk setempat mengancam akan membatasi makanan para kardinal untuk mempercepat pemungutan suara.
Aturan Paus Gregorius X juga mencakup penjatahan makanan para kardinal. Setelah tiga hari tanpa konsensus, para kardinal hanya menerima satu kali makan setiap hari; setelah delapan hari, hanya roti dan air.
Pada pertengahan tahun 1300-an, aturan ini dilonggar Clement VI, yang mengizinkan makan tiga hidangan yang terdiri dari sup; hidangan utama berupa ikan, daging, atau telur; dan hidangan penutup, yang dapat berupa keju atau buah. Meski penjatahan tidak berlaku, kontrol ketat terhadap konklaf tetap dijalankan.
Budaya Makan Selama Konklaf
Catatan sejarah paling rinci tentang budaya makan selama konklaf berasal dari Bartolomeo Scappi, yang merupakan koki paling terkenal di era Renaisans. Bukunya yang terbit pada 1570, Opera Dell'Arte del Cucinare (Seni Memasak), melambungkan namanya ke puncak ketenaran.
Di dalamnya, ia mengungkap rahasia pemberian makanan pada pertemuan yang memilih Paus Julius III, dan praktik pengawasan ekstrem yang masih berlangsung hingga saat ini. Menurut Scappi, makanan sehari-hari para kardinal disiapkan di dapur umum oleh juru masak dan sommelier.
Ia mengidentifikasi, dapur adalah tempat di mana pesan-pesan terlarang dapat dibagikan, dan mencatat bahwa penjaga ditempatkan di sana secara khusus untuk mencegah hal ini. Karena itu, dua kali sehari dalam urutan yang ditentukan undian, para pengurus akan secara seremonial membawa makanan ke ruota.
"Roda" atau meja putar ini, yang dibangun di dalam dinding, memungkinkan makanan dan minuman untuk diteruskan ke para kardinal di aula bagian dalam mereka. Sebelum diantar melalui dinding, makanan dan minuman diperiksa para penguji untuk memastikan tidak ada pesan-pesan terlarang yang disembunyikan.
Bahan makanan dikontrol dengan ketat, tidak boleh memakai bahan yang "dapat memberi kode pesan rahasia." Tidak ada pai yang tertutup. Tidak ada ayam utuh. Anggur dan air harus disajikan dalam gelas bening, bukan dalam wadah yang tidak tembus pandang. Serbet kain dibuka dan diperiksa dengan saksama.
Konklaf Sekarang
Pengaturan ini sebagian untuk memastikan isolasi menyeluruh bagi para kardinal, dan sebagian lagi guna meredakan kekhawatiran tentang keracunan. Bagaimanapun, khususnya selama Renaisans, kepausan merupakan posisi politik yang sangat berpengaruh.
Terlepas dari protokol ketat dan pembatasan makanan, menunya cukup seimbang, termasuk salad, buah, charcuterie, anggur, dan air putih. Scappi juga menyebut bahwa para kardinal mendapat akomodasi yang nyaman. Masing-masing memiliki ruang besar sendiri, dihiasi sutra dan dilengkapi tempat tidur, meja, rak pakaian, dua bangku, pispot, dan stoples yang dapat dikunci, di antara banyak barang lain.
Untuk pertemuan mendatang yang dimulai pada Rabu, 7 Mei 2025, para biarawati di Domus Sanctae Marthae, kediaman modern tempat para kardinal tinggal selama pengasingan mereka, akan menyiapkan hidangan sederhana yang menjadi ciri khas Lazio, wilayah Italia di sekitar Vatikan, dan Abruzzo di dekatnya: minestrone, spaghetti, arrosticini (sate domba), dan sayuran rebus.
Meski ini mungkin tampak berbeda dari pertemuan Renaisans di mana makanan disiapkan pelayan sekuler yang bekerja di bawah protokol ketat dan penjagaan ketat, hasilnya sama saja. Prosesnya dikontrol ketat, memastikan tidak ada informasi yang bisa masuk atau keluar.
Kekhawatiran tentang potensi makanan, terutama ayam utuh, bisa saja mengandung pesan rahasia sebenarnya telah memudar. Komunikasi terlarang melalui sarana elektronik justru yang jadi perhatian sekarang.