Kebanggaan Melenggang di Runway Indonesia Fashion Week 2025 Sebagai Muse

5 days ago 19

Liputan6.com, Jakarta - Sudut pandang Senior Manager News, Talk Show, and Look SCTV, Djati Darma, berubah di landasan pacu Indonesia Fashion Week (IFW) pada Minggu malam, 1 Juni 2025. Ia, yang biasanya menghadap runway bersama awak media lain, justru berjalan mendekati pit fotografer untuk berpose di ujung panggung pekan mode tersebut.

Di sesi fashion show bertajuk "Nirmala," Djati mengambil peran berbeda, dengan berjalan sebagai muse, memeragakan busana rancangan desainer kenamaan Poppy Dharsono. "Awalnya (jadi muse), karena ini merupakan salah satu KPI (Indikator Kinerja Utama) untuk ikut mem-branding Liputan6 dan news anchor-nya," kata dia melalui pesan suara pada Lifesyle Liputan6.com, 3 Juni 2025.

"Kalau baca berita dan main kuis, saya sudah pernah. Yang belum itu fashion show. Akhirnya ngobrol dengan Koordinator Wardrobe dan Makeup Liputan6 SCTV, Naomi Hutabarat, tanya-tanya apakah dia punya network yang memungkinkan kami bekerja sama dengan desainer," Djati menyambung.

Jalin Kerja Sama

Setelahnya, kata Djati, Naomi mengajukan kerja sama ke tim Poppy Dharsono yang memang tengah mempersiapkan fashion show untuk IFW 2025. "Akhirnya deal, secepat itu deal-nya, sekitar dua minggu sebelum (show). Akhirnya dipilih empat news anchor yang jalan di IFW 2025," ujarnya.

IFW tahun ini bukanlah pengalaman fashion show pertama Djati. Pergelaran mode pertamanya tercatat di acara perpisahan sekolah sewaktu SMP, disusul saat mengikuti pemilihan Abang None Jakarta Timur, bertahun setelahnya.

"Ketika dikabari deal jadi muse di IFW 2025 itu surprise, Alhamdulillah," ungkapnya. "Kami langsung fitting, datang ke butiknya Bu Poppy, dan di situ kami bersyukur karena tim Bu Poppy terlihat tenang dan bilang, 'Secara komposisi tubuh, aman.'"

Djati mengatakan bahwa mereka banyak bertanya, terutama terkait teknis penyelenggaraan fashion show. Hingga akhirnya, mereka menemukan satu kutipan, "Muse tidak pernah salah," yang meneguhkan hati mereka untuk tetap bersemangat dan percaya diri melangkahkan kaki di landasan pacu. 

Kebanggaan Sebagai Seorang Muse

Berhasil melalui berbagai tahapan, termasuk mengendalikan pergolakann emosi bak roller coaster di runway, Djati mengaku membawa kebanggaan sebagai seorang muse. "Muse itu tidak sembarangan, harus approval sang desainer. Waktu itu, saya excited, bangga, dan terasa kayak, 'Bagaimana ya caranya supaya bisa merepresentasikan baju ini?'"

"Saya benar-benar harus meresapi, tahu betul ini tuh baju apa sih. Dari situ, saya coba representasikan dalam berjalan. Ketika harus senyum, bergerak, itu seperti apa, seolah menyatu dengan baju tersebut. Agak campur aduk, karena biasanya kami berkomunikasi dengan berbicara, tapi saat itu tidak boleh ngomong," bebernya.

Pengalaman jadi muse membuat persepsinya tentang pekan mode berubah. Secara khusus, Djati mengatakan, "Tidak mudah jadi seorang model. Ada yang harus berdiri terus, karena dilarang duduk supaya bajunya tidak lecek. Ada apa-apa di runway, kayak sepatu copot, itu harus tetap jalan."

"Pekan mode adalah ajang yang luar biasa, dan perlu diapresiasi, entah itu desainernya, karyanya, para model, dan tim di balik itu semua," ia menambahkan.

Tidak Hanya Jadi Tuan Rumah di Negeri Sendiri

Sebagai penutup, Djati berharap, industri mode Indonesia jadi salah satu sektor kreatif yang "terus berkembang, bertumbuh, melejit, bahkan bisa bersaing dan melanglang buana ke negara-negara lain." "Dunia fesyen Indonesia memang sudah ke mana-mana, termasuk di pekan mode bergengsi, mulai dari Paris, New York, sampai Milan Fashion Week."

"Kemarin tuh dari satu provinsi saja, dia mengembangkan ulos batak yang bisa dibikin macam-macam. Ada tenun dari Nusa Tenggara, bisa dibikin macam-macam. Jadi segitu kerennya fesyen Indonesia," pujinya.

"Semoga terus bisa berkembang dengan baik dan merajai fesyen dunia, karena kalau dibandingkan dengan (negara) lain, kita sama. Sudah tidak kalah. Kita sudah sama kerennya, sama inovatifnya, sama kreatifnya. Model-modelnya juga keren-keren, tidak kalah dengan yang di luar sana."

"Jadi, semoga saja dengan kekayaan yang kita miliki, dengan semua kelebihan-kelebihan yang kita miliki, baik itu SDA maupun SDM, kita pasti bisa tidak hanya jadi tuan rumah di negeri ini, tapi juga raja di dunia," tandasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |