Instalasi Eartharium di Earth Festival 2025, Cara Gen Z Memantik Kepedulian Publik pada Bumi

14 hours ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Diselenggarakan pertama kali pada 2017, Earth Festival 2025 menghadirkan sederet program dan acara yang melibatkan Gen Z sebagai panitia. Salah satu yang menarik perhatian adalah keberadaan Earthtarium, karya instalasi yang menggambarkan kondisi Bumi saat ini dan harapan yang lebih baik di masa depan.

Keberadaannya menjadi pembeda penyelenggaraan acara dari sebelumnya. Mereka berusaha menggelitik kesadaran publik agar lebih peduli pada lingkungan sekitarnya, bahwa setiap individu berdampak pada kondisi Bumi sekecil apapun.

"Kita mau mengedukasi, menginspirasi, dan tentunya dengan cara yang lebih menarik supaya teman-teman itu tertarik untuk masuk, tertarik untuk belajar dan mendengarkan," kata Cinthia, Ketua Panitia Earth Festival, dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pembuatan karya dimulai dari pematangan konsep dan tema. Mereka sempat terpikir untuk mengangkat isu energi yang bisa diperbarui karena melihat efek pemanasan global yang makin parah dari waktu ke waktu, seperti perubahan cuaca dan iklim yang cukup ekstrem.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, tema pun disederhanakan menjadi 'Reshaping Habits. "Reshaping Habits ini tentunya mungkin bisa dilakukan semua orang ya. Jadi, kita mau mengangkat tema ini supaya kita bisa membangun Bumi yang lebih indah," ujarnya.

Berlokasi dekat atrium Mal Lippo Nusantara, wujud karya instalasi Eartharium seperti kamar gelap. Pengunjung harus menyibak tirai hitam sebelum masuk ke dalam ruangan yang disekat tiga. 

Gambaran Bumi Kini, Solusi, dan Bumi Nanti

Di sekat pertama yang bertema Jika Bumi Bisa Bicara, pengunjung akan langsung berhadapan dengan layar LED besar yang menayangkan video pendek tentang kondisi Bumi yang sakit. Juven, salah seorang panitia, menerangkan bahwa perubahan-perubahan yang terjadi di Bumi, seperti iklim dan cuaca, merupakan cara planet ini memulihkan diri. Manusia pun dipaksa mengadopsi budaya baru agar tidak memperpanjang sakitnya Bumi. 

Beranjak ke ruang kedua, pengunjung diterangkan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan untuk membantu Bumi pulih lebih cepat. Salah satunya dengan menanam tanaman. Panitia pun menyiapkan sejumlah set bibit lengkap dengan pot yang bisa digunakan untuk mulai menanam di rumah.

Ada pula tempat penyetoran baju bekas, baik layak pakai maupun tidak. Tujuannya mencegah limbah tekstil yang sulit terurai dibuang begitu saja ke lingkungan. 

Setelah mendapat pencerahan, pengunjung kemudian diajak menuju ruang imersif. Mereka melapisi lantai dan dinding dengan layar yang menampilkan video tentang indahnya Bumi bila semua orang peduli dan berbuat nyata untuk memperbaiki kondisi.

"Kita ingin kan Bumi yang seperti ini? Yang indah, menenangkan," ucap Juven.

Persiapan Serba Cepat

Tidak hanya karya instalasi, Earth Festival juga menggelar bazar makanan berbasis tumbuhan untuk mengenalkan publik soal makanan enak tidak melulu berbahan daging. Plant-based food dipilih menurut keyakinan dampak buruknya terhadap lingkungan lebih rendah dibandingkan makanan berbahan daging merah.

Ada pula beragam perlombaan, seperti menghias tumpeng dan peragaan busana berkelanjutan. Talkshow dengan beragam tema terkait melestarikan lingkungan juga digelar dengan menghadirkan narasumber yang kompeten. Acara pembukaan juga menghadirkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dan mantan Menparekraf Sandiaga Uno.

Untuk itu, kata Cinthya, pihaknya menyiapkan acara itu sejak akhir Oktober 2024. Dari waktu kurang lebih lima bulan, efektifnya hanya sekitar 3,5 bulan karena terpotong libur akhir tahun dan libur lebaran.

"Kalau struggle, struggle yang pertama mungkin karena kita mau mengangkat tema yang cukup berbeda, terutama untuk Eartharium di tahun ini," ungkapnya. Itu karena kepanitiaannya melibatkan ratusan orang yang didominasi Gen Z dengan pikiran yang beragam.

Jumlah Pengunjung Earth Festival 2025

Antusiasme masyarakat terhadap Earth Festival 2025 begitu tinggi, dibuktikan dengan total kehadiran sebanyak 67.926 pengunjung selama tiga hari penyelenggaraan. Jumlah itu tidak hanya mencerminkan kesuksesan acara dari segi jumlah partisipan, tetapi juga menunjukkan meningkatnya kepedulian publik terhadap isu-isu lingkungan dan keberlanjutan. Para pengunjung datang dari berbagai latar belakang, usia, dan daerah, menjadikan Earth Festival sebagai ruang inklusif untuk belajar, terinspirasi, dan berbagi semangat hijau.

Penyelenggaraan acara itu juga diapresiasi oleh Isyak Meirobie, dewan pembina Earth Festival. Ia menyebut penyelenggaraan itu menjadi bukti kepedulian Gen Z pada kondisi Bumi yang kerap dituding hanya peduli akan kepentingan sendiri.

"Gerakan masif yang kita kenal dengan sebuah branding Earth Festival, tahun demi tahun, yang menunjukkan inovasi, kemajuan, dan lain-lain, mematahkan persepsi itu," katanya.

"Bahwa generasi muda, Gen Z, bahkan sudah melibatkan generasi Alfa dan seterusnya, bahkan nanti mungkin beta pun akan ikut, mereka sudah sangat peduli dengan kondisi bumi, dengan semua rangkaiannya, baik dari mulai sampah, kepedulian ekonomi hijau, ekonomi kreatif, dan seterusnya," imbuh dia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |