Liputan6.com, Jakarta - Sebagai bahan makanan maupun camilan, keju ternyata punya satu manfaat yang selama ini mungkin belum banyak diketahui. Menurut ahli gizi, jumlah keju yang dikonsumsi memiliki hubungan kuat dengan kondisi kesehatan mental seseorang.
"Konsumsi keju berhubungan dengan kesehatan mental. Kenapa bisa? Jawabannya adalah yang pertama pada keju itu ditemukan ada bakteri asam laktat," kata Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes dari Asosiasi Ahli Gizi Olahraga Indonesia (ISNA) di Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.
Ketua Pengurus Pusat ISNA (PP-ISNA) Periode 2018-2024 itu mengatakan, kehadiran bakteri asam laktat dengan spesies Lactobacillus itu ditujukan untuk meningkatkan cita rasa dari proses pembuatan keju. Jika keju tidak dipanaskan sebelum dikonsumsi dan langsung disantap sebagai camilan, maka bakteri itu akan langsung diterima dengan baik oleh saluran pencernaan.
Ia menyebut organ pencernaan adalah otak kedua manusia. Kehadiran bakteri itu akan membuka komunikasi homeostatik dua arah yang melibatkan jalur persyarafan otak. Komunikasi itu akan memodulasi perasaan, kognitif dan emosi. Bakteri akan menstimulasi otak untuk mengeluarkan hormon yang membuat seseorang merasa bahagia.
Keju Mengandung Protein Tinggi
Selain itu keju juga mengandung protein tinggi yang kebanyakan berjenis tirosin dan peptida bioaktif yang bisa meningkatkan produksi hormon dopamin. Secara singkat ia menggambarkan bahwa di Indonesia, kebanyakan orang memancing hormon dopamin melalui makanan dan minuman manis.
Sejak usia 10 tahun orang Indonesia sudah mengonsumsi makanan dan minuman manis lebih dari dua kali per hari. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, anak usia 10-14 tahun yang mengonsumsi gula, sirup, konfeksioneri dan olahannya mencapai 42,90 persen.
Kondisi tersebut sangat disayangkan karena dapat menyebabkan orang-orang terkena penyakit seperti diabetes maupun obesitas. Orang Indonesia, katanya, juga gemar menggoreng bahan makanan yang mengandung lemak seperti keju.
"Tidak semua lemak itu jahat, lemak itu banyak yang baik, cuma kita dapatnya jahat karena kita hobi makan gorengan. Lemak sebaik apapun kalau sudah digoreng pasti jadi jahat," terang Rita.
Hidup Lebih Sehat dengan Keju
Padahal keju mengandung lemak linoleat yang berperan penting pada kemampuan kognitif, persyarafan otak untuk mengontrol emosi dan bekerja dengan baik "Kalau ada camilan praktis yang bisa menggantikan itu, maka tentu kita dukung, kita apresiasi untuk bisa meminimalkan efek penyakit yang akan muncul," ujar Rita.
Di tahun lalu, sebuah studi genetik berskala besar mengungkapkan bahwa orang dengan kesehatan mental yang baik cenderung memiliki umur yang lebih panjang dan hidup lebih sehat. Pilihan gaya hidup tertentu, seperti mengonsumsi lebih banyak keju ternyata dapat berperan penting dalam efek tersebut.
Melansir kanal Global Liputan6.com, 16 Juli 2024, para peneliti di China tidak hanya memeriksa gen jutaan orang Eropa untuk menunjukkan bahwa gouda (keju dari Belanda) bermanfaat bagi Anda, namun temuan ini menjadi salah satu yang paling menarik. Siapa yang tidak ingin mendengar bahwa konsumsi lebih banyak keju bisa membantu mereka hidup lebih lama dan lebih sehat?
Keju dalam Diet Seimbang
Namun, hasil penelitian ini lebih dari sekadar makanan yang membuat Anda merasa bahagia. Melansir dari Science Alert, Selasa, 16 Juli /2024, penelitian observasional sebelumnya telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat mempengaruhi penuaan seseorang, bahkan lebih dari kebiasaan merokok.
Namun, hubungan ini seringkali dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diperhitungkan, seperti status sosial ekonomi. Studi terbaru ini berbeda. Penelitian ini menggunakan metode analisis yang dikenal sebagai pengacakan Mendel, sebuah alat berharga untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi gen kita dan menghasilkan hasil kesehatan tertentu.
Ini adalah salah satu dari beberapa metode yang dapat digunakan peneliti untuk memprediksi efek kausal yang mungkin terjadi tanpa harus melakukan uji klinis. Produk susu berlemak penuh seperti es krim sering dikaitkan dengan dampak negatif terhadap kesehatan mental, tetapi berbagai jenis keju mungkin memiliki efek yang berbeda ketika dimasukkan dalam diet seimbang.