Bahaya Menstrual Masking, Tren Viral yang Gunakan Darah Haid untuk Perawatan Kecantikan

14 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Dunia kecantikan media sosial kembali dihebohkan dengan menstrual masking, sebuah tren baru yang tidak biasa dan bagi sebagian orang, mungkin terdengar cukup ekstrem. Sejumlah influencer mendorong para pengikutnya untuk memanfaatkan darah haid masing-masing untuk mendapatkan kulit yang bercahaya. 

Melansir NY Post, Sabtu, 22 November 2025, tren viral yang beredar di media sosial ini melibatkan praktik mengoleskan darah menstruasi milik sendiri langsung ke permukaan kulit, biasanya pada area wajah. Para penganut tren ini akan membiarkan darah tersebut menempel selama beberapa menit layaknya masker wajah pada umumnya, sebelum akhirnya dibilas hingga bersih.

Karena praktik ini sepenuhnya merupakan inisiatif pribadi yang viral di internet, tidak ada standar medis atau aturan resmi yang menaunginya. Penting untuk dicatat bahwa praktik ini tidak diatur oleh badan kesehatan manapun dan belum melalui pengujian ekstensif melalui penelitian klinis yang memadai. 

Para pendukung menstrual masking ini memiliki argumen tersendiri mengapa mereka meyakini khasiat dari darah haid. Mereka menunjukkan fakta bahwa darah menstruasi mengandung komponen biologis yang kaya, seperti sel punca (stem cells), sitokin, dan protein. Berdasarkan kandungan-kandungan tersebut, mereka berargumen bahwa cairan ini memiliki kemampuan untuk merevitalisasi kulit dan memberikan efek kilau ekstra yang didambakan banyak orang. 

Studi Ilmiah terkait Darah Haid

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Federasi Masyarakat Biologi Eksperimental Amerika (FASEB) menemukan fakta menarik terkait komponen ini. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa plasma yang berasal dari cairan menstruasi memang dapat memfasilitasi perbaikan jaringan dan membantu dalam penyembuhan luka. 

Dalam pengujian laboratorium yang dilakukan, luka yang dirawat menggunakan plasma menstruasi menunjukkan tingkat penyembuhan hingga 100 persen dalam kurun waktu 24 jam. Angka ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan penggunaan plasma darah biasa yang hanya menunjukkan tingkat penyembuhan sebesar 40 persen dalam rentang waktu yang sama.

Para peneliti percaya bahwa fenomena penyembuhan yang cepat ini mungkin terhubung dengan sifat regeneratif dari protein dan molekul bioaktif yang terdapat dalam cairan tersebut. Secara alami, zat-zat inilah yang mendorong rahim untuk membangun kembali dirinya sendiri setiap bulannya.

Menstrual Masking Dibandingkan Vampire Facial

Selain itu, sel punca yang berasal dari darah menstruasi, atau dikenal sebagai MenSCs, juga telah menarik minat para peneliti. Sel-sel ini terbukti dapat meningkatkan penyembuhan kulit dengan cara mendorong produksi kolagen, mengurangi kerutan, serta mempromosikan faktor pertumbuhan yang mendukung perbaikan jaringan. Namun, perlu diingat bahwa hasil studi ini dilakukan dalam konteks medis terkontrol, bukan penggunaan topikal sembarangan.

Beberapa pecinta kecantikan yang berpartisipasi dalam tren menstrual masking ini sering membandingkan praktik tersebut dengan 'vampire facial'. Vampire facial adalah jenis perawatan wajah yang memanfaatkan plasma kaya trombosit (PRP) yang diambil dari darah pasien itu sendiri, kemudian disuntikkan kembali ke wajah mereka.

Prosedur ini sempat menjadi viral secara global ketika selebritas Kim Kardashian mengunggah pengalamannya melakukan prosedur tersebut. Penggemar menstrual masking menganggap apa yang mereka lakukan adalah versi DIY dari prosedur mahal tersebut.

Apa Kata Dokter tentang Tren Menstrual Masking?

Namun, para ahli medis dengan tegas tidak setuju dengan argumen tersebut karena PRP menggunakan prosedur steril. Perbedaan utamanya terletak pada higienitas dan sterilitas. Darah menstruasi dapat mengandung berbagai jenis bakteri dan jamur, berbeda dengan PRP yang diproses secara medis. 

Salah satu risiko utamanya adalah keberadaan Staphylococcus aureus. Mikroba ini sebenarnya umum hidup di permukaan kulit manusia, namun keberadaannya bisa memicu infeksi serius jika masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka atau pori-pori kulit yang tersumbat.

Selain bakteri kulit biasa, darah menstruasi juga memiliki potensi mengandung patogen lain, termasuk infeksi menular seksual (IMS). Mengoleskan cairan tubuh yang tidak steril ke wajah, terutama jika terdapat jerawat yang pecah atau luka mikro, membuka jalan bagi bakteri-bakteri tersebut untuk menyebabkan masalah kulit yang lebih parah daripada sekadar jerawat biasa. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |