Seniman Inggris Daur Ulang Sepatu Balet Bekas Jadi Perhiasan Cantik

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Seorang seniman asal Brownston, dekat Modbury, Devon, Inggris, menemukan cara unik untuk mengurangi limbah sekaligus melestarikan kerajinan tradisional. Rachel O’Connell, seorang pengrajin kulit sekaligus seniman marbling, mendaur ulang sepatu pointe bekas dari Royal Ballet dan Opera menjadi perhiasan.

Sepatu balet itu biasanya hanya dipakai penari selama satu hari saja karena intensitas pertunjukan membuatnya cepat rusak dan kehilangan daya dukung. Alih-alih dibuang, sepatu tersebut diberi kehidupan baru dalam bentuk anting, gelang, hingga gantungan kunci. 

Rachel mengaku merasa istimewa dapat menyelamatkan material berharga itu dari tempat pembuangan. "Saya bisa mengubah sesuatu yang sudah (dipakai) menari di atas panggung menjadi benda yang berguna, praktis, sekaligus indah," ujarnya, mengutip BBC, Jumat, 26 September 2025.

Selain mendaur ulang sepatu balet menjadi karya seni, Rachel juga menyalurkan sebagian keuntungan penjualan untuk Trussell Trust, sebuah lembaga amal yang bergerak di bidang penanggulangan kemiskinan.

Dari Sepatu Balet ke Perhiasan

Proses yang dilakukan Rachel tidak sederhana. Ia harus terlebih dahulu mengupas dan membersihkan kulit dari sepatu pointe yang sudah usang. Setelah itu, ia menerapkan teknik marbling, yaitu seni menghias permukaan dengan pola menyerupai marmer yang dikuasainya selama lebih dari 13 tahun.

Teknik ini melibatkan tetesan cat ke permukaan air, lalu digerakkan dengan kipas atau alat khusus hingga menghasilkan motif berputar yang unik. Potongan kulit yang sudah disiapkan kemudian dicelupkan ke pola tersebut, dikeringkan, dan dibentuk menjadi aksesori seperti anting, kancing manset, atau pengikat kabel.

Hasilnya adalah karya dengan tampilan elegan sekaligus penuh cerita, karena setiap potongannya berasal dari sepatu yang pernah digunakan di panggung prestisius Royal Ballet. Rachel menambahkan, "Merupakan sebuah kehormatan karena sepatu itu awalnya dibuat oleh pengrajin tradisional, dan saya merasa sedang menyelamatkan karya mereka dari tempat sampah."

Seni Tradisional yang Terancam Punah

Selain menyelamatkan limbah, karya Rachel juga menyoroti pentingnya menjaga seni marbling yang kini terancam hilang. Di Inggris, tercatat hanya ada sekitar 20 marbler profesional, dan sebagian besar mendekati usia pensiun.

Menurut Rachel, sulit menemukan murid atau penerus, apalagi ia tinggal di daerah pedesaan dengan akses transportasi terbatas. Padahal, seni menghias kulit dengan marbling ini masuk dalam daftar Heritage Crafts Red List of Endangered Crafts atau daftar kerajinan tradisional yang terancam punah.

Melalui kolaborasi dengan Royal Ballet, Rachel membuktikan bahwa seni ini masih relevan sekaligus bermanfaat. Ia juga bermimpi suatu hari bisa mendapat kesempatan mengolah sepatu milik seorang prima ballerina terkenal.

"Akan sangat menyenangkan bisa menghias seluruh sepatu dengan teknik marbling… meski saya masih harus mencari cara melakukannya pada material sintetis," tuturnya. 

Daur Ulang Perhiasan ala Seniman Indonesia

Semangat serupa juga hadir di Indonesia lewat jenama perhiasan lokal yang peduli isu keberlanjutan, salah satunya Kunang Jewelry asal Bali. Founder sekaligus desainer Dian Suri menegaskan bahwa brand ini berfokus pada supply chain industri perhiasan sambil menawarkan karya indah berbahan daur ulang.

"Kita selalu melihat kalau perhiasan itu sebagai sesuatu yang "wah", cuma mulai dari material itu diambil sampai hasilnya supply chainnya sebenarnya sarat dengan isu lingkungan, itu yang mau kita suarakan," kata Dian saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 14 Februari 2023.

Dian menyatakan semangat tersebut tak dapat disuarakan bila masih menggunakan material dan membuat hal yang sama. Maka, pihaknya mulai merombak gagasan dan bereksperimen pada beberapa bahan.

Beberapa jenis sampah telah dicobanya untuk dipadukan menjadi perhiasan, mulai dari plastik sampai kertas. Mempertimbangkan dari sisi ketahanan, kegunaan, fungsi, dan diterima sebagai perhiasan, hingga berujung pada opsi mengolah sampah logam. Material logam yang digunakan adalah material berbahan dasar tembaga yang telah dipilah sebelumnya bekerja sama dengan tiga TPS di Denpasar.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |