Museum Louvre Paris Tetap Ditutup Usai Dirampok, Ahli Sangsi Perhiasan yang Dicuri Bakal Kembali

11 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Museum Louvre di Paris, Prancis, tetap ditutup untuk umum pada Senin, 20 Oktober 2025, setelah kasus perampokan yang terjadi pada Minggu pagi, 19 Oktober 2025. Investigasi polisi terus berlanjut demi mengembalikan delapan koleksi perhiasan dari era Napoleon yang 'tak ternilai harganya' itu.

Upaya penyelamatan koleksi berharga itu tak mudah. Polisi hanya punya tenggang waktu terbatas jika ingin mengembalikan artefak nasional tersebut dalam keadaan utuh. Sejumlah pihak bahkan menyangsikan upaya tersebut dapat berhasil.

Mengutip France24, Selasa (21/10/2025), Christopher Marinello, pendiri Art Recovery International, mengatakan kalaupun para pencuri hanya ingin mendapatkan uang tunai secepat mungkin, mereka mungkin akan melebur logam mulia atau memotong ulang batu permata tanpa memperhatikan integritasnya.

"Kita perlu membubarkan geng-geng ini dan mencari pendekatan lain, atau kita akan kehilangan hal-hal yang tidak akan pernah kita lihat lagi," ujar Marinello kepada CNN.

Christopher Marinello adalah seorang pengacara dan pakar dalam pemulihan karya seni yang dicuri, dijarah, dan hilang. Pada 2013, ia mendirikan Art Recovery International, yang menurut situs webnya telah memulihkan karya seni yang hilang senilai lebih dari USD 500 juta atas nama berbagai lembaga, termasuk museum, pemerintah, dan lembaga budaya.

Aksi perampokan berani mengguncang Museum Louvre pada Minggu pagi, ketika sekelompok pencuri menggunakan basket lift untuk mencapai salah satu jendela museum paling terkenal di dunia

Perhiasan yang Dicuri Disangsikan Bakal Kembali Utuh

Ia menilai perampokan itu sebagai "perampasan yang terencana dengan baik", menambahkan bahwa tidak seorang pun akan menyentuh permata yang dicuri dalam keadaan aslinya. Marinello pun meyakini permata-permata berharga itu tak bisa kembali utuh karena kemudahannya diolah menjadi perhiasan biasa.

"Ada kemungkinan kecil beberapa pembeli di negara-negara tertentu akan membeli permata tersebut apa adanya, tetapi itu kecil kemungkinannya," ujarnya. "Itu bukan Picasso curian yang harus dijaga tetap utuh, atau tidak akan berharga," tambahnya.

Marinello menjelaskan bahwa benda seni tradisional—lukisan, patung, dan sejenisnya—harus dilestarikan dalam kualitas sesempurna mungkin agar nilainya tetap terjaga. Dalam kasus seperti itu, para penjahat akan menjual lukisan-lukisan tersebut—kemungkinan dengan harga yang jauh lebih murah—kepada pedagang seni bawah tanah, atau dalam beberapa kasus, menukar karya seni tersebut dengan senjata atau barang selundupan lainnya. Perhiasan berbeda. 

Pasar Gelap di Luar Negeri

Mengingat kemudahan dan keahlian para perampok menjarah Louvre, kata Marinello, mereka mungkin sudah memiliki sistem untuk membongkar perhiasan dan menjual emas, berlian, dan batu mulia dalam bentuk potongan kepada pembeli.

"Tidak sulit untuk terbang ke Israel, Antwerpen, atau India dan cukup memotongnya kembali," katanya. "Setelah itu selesai, mereka langsung tidak dapat dikenali lagi. Tidak ada yang akan tahu dari mana asalnya, tidak ada yang akan tahu bahwa itu adalah permata mahkota."

Marinello merujuk kasus pencurian toilet emas dari Istana Blenheim di Inggris. Pencuri merampas toilet emas murni senilai 4,8 juta euro dari lantai kayu keras dan melarikan diri dengan Volkswagen Golf curian.

"Saat mereka meninggalkan museum, mereka menghancurkan toilet emas murni itu berkeping-keping. Potongan-potongannya bahkan ditemukan di dalam mobil kemudian," ujarnya.

Pendapat yang sama juga disampaikan Natalie Goulet, seorang anggota senat Prancis dari kubu Sentris. Ia meyakini perhiasan itu telah dibawa keluar Prancis. "Saya rasa perhiasan itu hilang selamanya," ujarnya.

Praktik Cuci Uang di Kasus Perampokan Museum Louvre

Goulet yang juga tampil di BBC Radio tentang prospek pemulihan perhiasan tersebut menyatakan tidak ada kemungkinan mengembalikan perhiasan-perhiasan berharga itu. Ia 'sangat, sangat pesimis' perhiasan itu bakal pulih kembali.

"Perhiasan itu akan dipotong-potong, dijual, dan digunakan sebagai sistem pencucian uang," katanya. "Itu cara termudah untuk membersihkan uang kotor."

Perampokan itu kemungkinan terkait dengan kejahatan terorganisir, kata Goulet. "Mereka sama sekali tidak bermoral," katanya. "Mereka tidak menghargai perhiasan itu sebagai bagian dari sejarah, melainkan sebagai cara untuk membersihkan uang kotor mereka."

Total ada delapan perhiasan yang dirampok dari Galleries d'Appolon. Di antara barang-barang yang diambil adalah satu set perhiasan berlian dan safir, termasuk tiara dan kalung yang dikenakan Ratu Marie-Amélie dan Ratu Hortense.

Diadem tersebut – hiasan kepala bertahtakan permata yang dikenakan oleh keluarga kerajaan – menampilkan 24 safir Ceylon dan 1.083 berlian yang dapat dilepas dan dikenakan sebagai bros, menurut Louvre. Benda lainnya adalah satu set kalung dan anting zamrud yang merupakan hadiah pernikahan dari Napoleon kepada istri keduanya, Marie-Louise dari Austria, pada Maret 1810, berisi 32 zamrud berpotongan rumit dan 1.138 berlian.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |