Bioskop Alternatif Hadir di Labuan Bajo, Cara Nikmati Film Berkualitas Sambil Dongkrak Ekraf Lokal

7 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Labuan Bajo baru saja menyelenggarakan Sinema Rakyat, program bioskop alternatif yang menawarkan lebih dari sekadar tontonan biasa. Kegiatan yang diselenggarakan pada 14--15 November 2025 itu tidak hanya untuk memenuhi dahaga masyarakat akan film berkualitas, tetapi juga demi mendongkrak ekonomi kreatif (ekraf) lokal.

Program yang diselenggarakan Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf), Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), dan Mawatu Labuan Bajo itu diklaim sebagai komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa akses terhadap hiburan dan edukasi sinematik tidak lagi terpusat hanya di kota-kota besar.

"Kementerian Ekraf akan terus memperluas inisiatif bioskop alternatif di berbagai wilayah potensial lainnya. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen untuk mewujudkan visi ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan, berdaya saing, dan berangkat dari kekuatan kolaborasi daerah," ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya pada Rabu, 19 November 2025, dikutip dari rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com.

Bioskop alternatif itu digelar dalam format luar ruang atau ruang nonkovensional yang menciptakan suasana santai dan terbuka.  Tujuan utamanya adalah menguatkan distribusi layar dan memastikan bahwa produksi film nasional yang inspiratif dapat dinikmati beragam khalayak.

Film yang ditayangkan dikurasi cermat memastikan bahwa tontonan yang dihadirkan memiliki relevansi kuat dengan masyarakat lokal, tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai refleksi dan inspirasi. Dalam penyelenggaraan kali ini, dua karya terpilih yang mengangkat narasi lokal dengan pesan sosial yang kuat menjadi sajian utama.

2 Film Indonesia Diputar di Sinema Rakyat Labuan Bajo

Hari pertama menampilkan film Tegar (produksi Aksa Bumi Langit) yang disutradarai oleh Anggi Frisca. Film ini menyoroti isu-isu penting seperti inklusi dan kesetaraan, dengan fokus pada semangat untuk hidup berdaya, sebuah pesan yang sangat relevan dalam konteks pembangunan ekonomi dan sosial daerah. Isu inklusivitas menjadi poin penting dalam film ini, yang mendorong penonton untuk melihat keberagaman sebagai kekuatan.

Pada hari kedua, penonton disuguhi film Kaka Boss (produksi Imajinari Pictures), yang merupakan debut Arie Kriting sebagai sutradara. Film ini juga mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan bermasyarakat, yakni perjalanan menghadapi stigma sosial. Dibalut komedi, film ini menceritakan upaya seseorang dalam menemukan karya dan mewujudkan impiannya, memberikan tawa sekaligus motivasi.

Gerakkan Ekonomi Kreatif Lokal

Selain pemutaran film outdoor yang menjadi daya tarik utama, Mawatu Labuan Bajo juga memfasilitasi penyelenggaraan bazar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta kompetisi musik. Bazar memberi panggung bagi para pelaku UMKM di Labuan Bajo untuk memperkenalkan produk-produk kreatif mereka, mulai dari kuliner khas, kerajinan tangan, hingga produk-produk fashion lokal.

Sementara, kompetisi musik memberikan ruang ekspresi bagi talenta-talenta lokal, menghidupkan suasana festival dengan pertunjukan musik yang variatif. Format festival ini secara sengaja dirancang untuk menjadikan film Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari medium pemberdayaan ekonomi kreatif tingkat daerah. Dengan menarik massa untuk menonton film, secara simultan acara ini menciptakan sirkulasi ekonomi di sekitar lokasi penyelenggaraan.

Bioskop Alternatif, Mesin Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Baru

Deputi Bidang Kreativitas Media Kemenekraf, Agustini Rahayu, menggarisbawahi dampak ekonomi dari inisiatif ini. Ia menyatakan, "Sinema Rakyat menunjukkan bagaimana ekonomi kreatif dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi berbasis potensi lokal. Melalui akses layar yang lebih merata, masyarakat tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga bagian dari ekosistem yang mendorong sirkulasi ekonomi kreatif di daerah," katanya.

Kemenekraf sebelumnya mencatat Indonesia saat ini memiliki 496 bioskop dengan 2.375 layar di 37 provinsi. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya untuk terus mendekati angka kebutuhan ideal. Rasio layar per 100 ribu penduduk Indonesia mencapai 0,76, masih dalam upaya mendekati Thailand (1,7), Malaysia (3,6), dan Singapura (4,6).

Kemenekraf mencatat kontribusi ekonomi industri bioskop mencapai Rp14 triliun nilai investasi, dengan lebih dari 30 ribu lapangan kerja diciptakan setiap tahun. Sementara itu, sektor produksi film menyumbang sekitar Rp1,5 triliun per tahun dan berperan besar dalam memperkuat rantai nilai ekonomi kreatif.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |