Liputan6.com, Jakarta - Bali akan menjadi tuan rumah Art & Bali 2025, sebuah art fair internasional pada 12–14 September 2025 di Nuanu Creative City. Dalam acara ini, Terra Nexus adalah sebuah pameran media baru berenergi tinggi yang menyatukan 23 seniman dari berbagai penjuru dunia dan Indonesia, termasuk para seniman senior dari Indonesia.
Mereka untuk pertama kalinya bakal memamerkan karya dalam sebuah pameran seni media baru. Pameran di Bali ini merupakan sebuah pertemuan sekaligus konfrontasi—antara seni media tradisional dengan seni media baru, elemen dan kode, ingatan leluhur dan kecerdasan buatan, juga antara ritual dan pemrosesan visual secara real-time. Dikurasi oleh Mona Liem, Terra Nexus mencakup instalasi imersif, lanskap augmentasi, dan interface yang spekulatif.
"Di sini, kami menjelajahi keterhubungan dalam planet kami—sebagai sebuah sistem yang diprogram, diurai, dan dibangun kembali. Di sini, Minecraft bisa membangun kuil. Algoritma bisa bernafas. Dan mitos-mitos tradisional diterjemahkan melalui pembelajaran mesinn," terang Mona Liem dalam keterangan tertulis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Rabu (9/7/2025).
Ruang Imajinatif Jadi Kekuatan Kreatif
"Bayangkan sebuah ruang imajinatif dan hidup di mana sains dan teknologi menjadi kekuatan kreatif yang membentuk kembali cara kita terhubung dengan alam dan budaya," lanjut Mona. "Pameran ini adalah bentuk ekspresi holistik—sebuah panggung di mana teknologi dan ilmu memfasilitasi lahirnya kebaruan yang berpijak pada kearifan lokal."
Selain pameran Terra Nexus di Art & Bali—informasi menarik lainnya tentang Art & Bali seperti peserta galeri dan program acara akan diumumkan di bulan Juli 2025. Tiga seniman yang sudah dikenal dalam budaya visual Indonesia yang berpartisipasi dalam Terra Nexus antara lain: Nasirun, seorang seniman Indonesia legendaris yang terkenal dengan integrasi antara seni tradisional dan percakapan sosial politik.
Lalu ada Ubrux, seniman yang memenangkan banyak penghargaan melalui teknik melukis koran. Ada pula Yessiow, seniman mural asal Bali yang memimpin tren seni dinding dekoratif dengan warna-warna cerah dan berani.
Seniman-seniman lainnya datang dari berbagai penjuru dunia—mulai dari Polandia, Prancis, Jepang, Qatar, hingga Korea Selatan—menjadikan Art & Bali bukan sekadar art fair, melainkan sebuah platform dimana berbagai sinyal saling bertemu.
Seni Seharusnya Berani Bersuara
Menurut Lev Kroll selaku CEO of Nuanu Creative City, seni bagi mereka bukan hanya sebuah pemanis, apalagi sebuah ornamen belaka. Di Nuanu, seni juga termasuk cara mereka kami bertumbuh. Sebuah rencana tata kota. Sebuah infrastruktur spiritual.
"Terra Nexus adalah wujud nyata dari nilai ini. Anda bukan hanya mengunjungi sebuah art fair—Anda memasuki sebuah kawasan yang juga meyakini bahwa seni seharusnya secara berani bersuara, bukan hanya untuk memperindah suatu tempat."
Nuanu yang berlokasi di pesisir barat daya Bali adalah kawasan regeneratif yang dibangun di atas prinsip-prinsip yang menolak logika ekstraktif dari kebanyakan pembangunan. Ini adalah tempat di mana pelestarian budaya menjadi prinsip desain utama. Bahwa Art & Bali memilih tempat ini bukanlah sebuah kebetulan.
"Di Bali, tidak ada formula pasti tentang seperti bagaiman seharusnya sebuah art fair diadakan. Ini bukanlah sebuah struktur yang dipinjam, melainkan sesuatu yang lahir dari Bumi sendiri: mistis, sedikit berantakan, indah," ucap ucap Kelsang Dolma, Fair Director of Art & Bali.
Seniman Muda Ternama Indonesia
"Terra Nexus adalah cara kami bertanya—apa jadinya jika seni tumbuh dari ritual, lanskap, dan ingatan kolektif, bukan semata lahir dari teori atau dinamika pasar. Di sini, unsur-unsur alam bukan sekadar tema, mereka adalah leluhur kita semua," sambungnya.
Untuk seniman muda ternama Indonesia, Terra Nexus menghadirkan Alodia Yap, Popomangun, dan Widi Pangestu. Para pengunjung juga dapat memasuki dunia bawah laut distopia karya Dhanny Sanjaya, dunia Minecraft berskala penuh yang ditata ulang oleh MIVUBI, organisme kinetik karya Muhammad Aji Prasetyo, serta pertunjukan dan instalasi cahaya oleh Notanlab. Sebuah kombinasi yang tidak awam ditemukan dalam sebuah art fair. Dan itulah intinya.
Sejumlah seniman yang turut serta dalam Terra Nexus antara lain: para pemenang Awang Behartawan, Dadi Setiadi, Dr. Justyna Gorowska, Ivan Sagito, J+Art Award Winners, Jana Schafroth, Nus Salomo, Roger Ng Wei Lun, Satya Cipta, Utami A. Ishii, Valerio Vincenzo, dan Wisnu Ajitama. Selain itu masih banyak lagi seniman yang akan diumumkan mendekati acara.