Piama Mewah dan Perubahan Sentimen Koleksi Busana Pria di Milan Fashion Week 2026

8 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Perasaan tidak nyaman, dengan meningkatnya biaya hidup dan konflik geopolitik, sayangnya telah jadi "makanan sehari-hari" di zaman sekarang. Di dunia mode, daftar desainer fesyen mewah yang terus berubah dan iklim ritel yang menantang telah menciptakan ruang ketidakpastian yang kian meluas.

Suasana itulah yang tercermin pada peragaan busana pria Spring-Summer di Milan Fashion Week 2026. Pada umumnya, koleksi pekan mode itu beragam. Namun, satu hal yang disetujui beberapa desainer adalah perlunya rasa prihatin.

"Hal terpenting bagi kami adalah perubahan nada: ajakan untuk merangkul kelembutan," kata salah satu direktur kreatif Prada, Miuccia Prada, setelah peragaan busana, lapor CNN, seperti dikutip Sabtu (28/6/2025). Sentimen itu pun digaungkan pengusaha Italia, Brunello Cucinelli.

"Kita perlu menemukan keanggunan, kelembutan, dan merangkul seni mendengarkan satu sama lain," sebut dia. Dengan introspeksi yang tampaknya jadi prioritas Prada, direktur kreatif merek tersebut, Raf Simons, berusaha menawarkan ketenangan dan kelegaan bagi dunia yang bermasalah. 

Pakaian Santai dan Busana Longgar

"Pada dasarnya, kebalikan dari agresi, kekuatan, kekejian, yang tampaknya tidak menarik minat saya saat ini," kata Prada pada wartawan di belakang panggung. Pertunjukan tersebut, yang dihadiri orang-orang, seperti Harris Dickinson, Riz Ahmed, dan Benedict Cumberbatch, menampilkan setelan yacak-acakan, celana pendek, topi intrecciato, dan pakaian olahraga garis-garis.

Di Dolce & Gabbana, desainer Domenico Dolce dan Stefano Gabbana melanjutkan eksplorasi mereka terhadap warisan dan keanggunan Italia, dengan barisan depan penuh bintang yang mencakup duta merek yang baru diangkat, Theo James. Di panggung peragaan busana, para model mengenakan pakaian santai dan busana longgar yang serbaguna.

Celana panjang dengan lipatan dan keliman lebar, garis-garis besar di atas kemeja dan jaket, yang terkadang menyerupai piama, serta pakaian berbahan kulit yang terinspirasi dari tahun 1980-an pun melenggang di runway. Senada dengan itu, Cucinelli mengambil pendekatan yang santai, menawarkan gaya klasik, terkadang dengan warna berani, yang terinspirasi awal tahun 90-an—yang oleh sebagian orang dipandang sebagai masa yang lebih sederhana.

Masa Lebih Sederhana

"Jaketnya sedikit lebih pendek, sementara celananya sedikit lebih tinggi dan lebih lembut," kata desainer eponim itu pada CNN. Ada juga koleksi kapsul baru untuk busana malam koktail yang menampilkan jaket dengan kerah selendang bebas satin, yang dipadukan dengan rajutan sutra-katun.

Gaya busana Italia telah berevolusi dalam beberapa tahun terakhir ke arah yang lebih sederhana, ketelitian dalam berbusana, dan fokus pada bentuk. Yang terakhir ini jadi kunci bagi label independen yang berbasis di Milan, Setchu, di mana pendirinya dari Jepang, Satoshi Kuwata, mempersembahkan koleksi lain berupa karya yang pragmatis dan modular.

Terinspirasi petualangan memancing sang desainer di Zimbabwe, tampilan yang menonjol, seperti tas garmen yang diubah jadi gaun, celana denim yang dikenakan sebagai rok, blazer yang menyusut dengan kerah puncak dan keliman jerami, semua memadukan keceriaan dengan fungsionalitas.

Tetap Menarik

Namun, tidak ada yang lebih menggambarkan keanggunan yang kasual daripada Giorgio Armani. Untuk koleksi terbaru label Italia tersebut, ada pergeseran ke arah fluiditas yang lebih besar, yang menandai semacam perubahan dari setelan khas mereka.

Jaket berkancing ganda dengan kerah selendang diperpendek, sementara celana panjang meruncing di pergelangan kaki atau longgar ke arah lantai. Namun, Armani sendiri tidak hadir untuk memberi penghormatan; desainer berusia 90 tahun itu "sedang memulihkan diri di rumah," menurut pernyataan dari merek tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Di Tod's, desainer Matteo Tamburini memilih pakaian yang sederhana, namun tetap menarik. Tamburini menggambarkan koleksinya sebagai "keanggunan yang santai dengan sedikit sentuhan pakaian olahraga," dan menggunakan bahan-bahan, seperti linen padat, katun krep, dan wol yang sangat ringan, yang menurutnya nyaman dikenakan.

Label bermarkas di London, Saul Nash, kembali ke Milan untuk kedua kalinya, dengan koleksi yang sarat akan fungsionalitas. Nash merupakan salah satu desainer independen yang menemukan ruang di Milan Fashion Week, yang biasanya didominasi merek-merek besar, seperti Gucci dan Fendi, yang keduanya tidak tampil pada musim ini.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |