Liputan6.com, Jakarta - Saat memasak, bumbu jadi bahan penting untuk menambah cita rasa. Karena itu, memilih bumbu terbaik jadi krusial, dan di antara banyak opsi, bumbu organik vs biasa acap kali menimbulkan dilema. Perbedaan keduanya tidak hanya terletak pada cara penanaman, tapi juga kandungan, serta dampaknya bagi kesehatan dan lingkungan.
Melansir Times of India, Rabu (11/6/2025), bumbu organik bebas dari pestisida sintetis, pupuk, serta bahan kimia berbahaya. Jenis bumbu ini tidak mengandung bahan pengawet, sehingga rasa dan aroma alaminya tetap terjaga.
Di sisi lain, bumbu biasa sebagian besar ditanam menggunakan bahan kimia dan pestisida. Selama tahap pemrosesan, rempah-rempah tersebut diolah dengan pestisida untuk memperpanjang masa simpannya.
Menurut Asosiasi Perdagangan Rempah Amerika, hampir mustahil memanen rempah dan bumbu dalam jumlah besar tanpa membersihkannya dari cacat alami, termasuk jamur, serangga mati, kotoran, dan bulu tikus. Sekitar 20 persen rempah dan bumbu non-organik dalam jumlah besar dapat mengandung cacat tersebut, rangkum Cinnamon Online.
Lebih Ramah Lingkungan, tapi ...
Bumbu organik bersertifikat tidak mengandung bahan-bahan yang tidak terdapat secara alami dalam rempah-rempah itu sendiri. Saat membeli rempah-rempah dan herba organik dalam jumlah besar, Anda mendapatkan satu bahan yang ingin Anda beli, tidak lebih dan tidak kurang.
Kendati praktiknya dianggap lebih berkelanjutan, pahami asal bumbu organik Anda agar lingkaran ramah lingkungan ini "tidak bocor." Membelinya dari petani lokal tentu jadi pilihan terbaik untuk menekan jejak karbon dalam proses distribusi. Produk impor umumnya mencatat jejak lingkungan lebih besar, karena menggunakan tambahan sumber daya untuk didatangkan.
Ada beberapa trik untuk membedakan bumbu organik vs bumbu biasa:
1. Biasakan memeriksa label sebelum membeli
Anda harus mencari tanda sertifikat organik oleh badan otoritas regulasi, seperti FSSAI. Bersamaan dengan ini, label non-GMO dan bebas pestisida juga menunjukkan bahwa bumbu tersebut termasuk dalam produk organik.
2. Periksa Kembali Bahan-bahannya
Pastikan bumbu itu tidak mengandung bahan tambahan, pengawet, atau pewarna buatan.
3. Kenali baunya
Mengingat bumbu organik tidak mengandung bahan pengawet atau bahan kimia tambahan, rempah-rempah ini memiliki aroma yang kuat dan menyenangkan, yang merupakan ciri khas rempah-rempah tertentu. Hindari membeli rempah-rempah dengan bau apek atau samar karena kemungkinan besar rempah-rempah tersebut telah dipalsukan.
4. Identifikasi melalui kemasan
Karena tidak mengandung bahan pengawet, rempah-rempah organik cenderung memiliki kemasan yang menjaga kesegarannya, sekaligus mencegah kontaminasi. Rempah-rempah organik umumnya dikemas dalam kemasan kedap udara untuk menghindari kerusakan.
Menggunakan produk bebas bahan kimia dapat membantu mengurangi risiko penyakit yang disebabkan bahan kimia dan pestisida yang berbahaya. Rempah-rempah yang dianggap "biotik" dapat memberikan cita rasa yang lebih kaya dan lebih autentik pada hidangan. Mengetahui perbedaan di antara keduanya dapat membantu Anda membuat pilihan yang lebih baik dan lebih sehat.
Bumbu Bisa Kedaluwarsa?
Rempah dan bumbu kering tidak benar-benar kedaluwarsa atau "rusak" dalam pengertian tradisional. Ketika disebut kedaluwarsa, artinya bumbu tersebut telah kehilangan sebagian besar rasa, khasiat, dan warnanya. Untungnya, mengonsumsi bumbu yang sudah kedaluwarsa tidak akan membuat Anda sakit.
Melansir Healthline, 2 Juni 2025, banyak bumbu yang dijual di toko mencantumkan tanggal kedaluwarsa, yang menunjukkan jangka waktu bumbu tersebut akan mempertahankan rasa dan kualitas paling kuatnya. Jika tidak yakin sudah berapa lama Anda menyimpan bumbu, Anda dapat mengetahui apakah bumbu kedaluwarsa atau tidak dengan memeriksa aroma dan rasanya.
Caranya, hancurkan atau gosok sedikit bumbu di telapak tangan Anda. Jika aromanya lemah dan rasanya hambar, mungkin sudah waktunya menggantinya. Bumbu kering, seperti lada, ketumbar, kunyit bubuk, dan cabai bubuk memiliki ciri khas yang perlu diperhatikan untuk mengetahui apakah masih layak digunakan.
Salah satu indikator utamanya adalah aroma. Bumbu kering yang segar seharusnya memiliki aroma yang tajam dan khas. Jika aroma mulai memudar atau tercium bau apek, itu pertanda bahwa kualitas bumbu sudah menurun.