Liputan6.com, Jakarta - Buku Atlantis The Lost Continent Finally Found karya Prof. Arysio dos Santos, ahli klimatologi, geologi, insinyur listrik, dan fisikawan nuklir yang sangat dihormati membuat dunia terbelalak dengan penyataan bahwa Indonesia adalah lokasi Atlantis yang diyakini tenggelang ribuan tahun lalu.
Buku yang kemudian menjadi International Best Seller ini menjadi bahasan dalam acara yang digelar Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) bertajuk Benarkah Atlantis Itu Indonesia? pada Jumat, 11 Juli 2025. Disebutkan dalam studi Atlantis yang inovatif ini, penulisnya memanfaatkan semua disiplin ilmu ini, serta peta kuno, dialog Plato, dan narasi Mitologi atau Agama.
Ia berusaha untuk memberikan kasus yang paling meyakinkan tentang hilangnya seluruh peradaban. Profesor Santos menunjukkan bahwa penanggalan Plato tentang hilangnya Atlantis sekitar 11.600 BP (sebelum sekarang) secara tepat sesuai dengan akhir bencana Zaman Es Pleistosen, serta peristiwa banjir bersejarah dengan proporsi yang dahsyat.
Naiknya permukaan laut hampir 500 kaki, menurutnya, menenggelamkan daratan seukuran benua—termasuk Atlantis, yang ia hubungkan dengan Taman Eden dalam Alkitab. Bab-bab yang provokatif membahas topik seperti penampakan benua tersebut di peta kuno, termasuk Indonesia sebagai lokasi Eden yang sebenarnya.
Atraksi Wisata Atlantis Bisa Menarik
Prof. Santos dalam bukunya menjelaskan kemungkinan lokasi Atlantis di Indonesia yang dikaitkan dengan keberadaan situs Gunung Padang di Jawa Barat, Selat Sunda, serta topografi yang mengatakan bahwa Atlantis sebagai negeri yang subur. Bencana besar yang menenggelamkan Atlantis juga terkait dengan Indonesia sebagai Ring of Fire dan meletusnya Gunung Keakatau.
Plt. Kepala Biro Komunikasi Kementerian Ekonomi Kreatif Kiagoos Irvan Faisal mengatakan cerita tentang keberadaan Atlantis yang diyakini peneliti berada di Indonesia bisa menjadi peluang kreatif yang bangkitkan ekonomi daerah.
"Atlantis ini kan pasti, selain punya cerita, dia punya ikon-ikon yang bisa dijadikan kriya, merchandise, misalnya," kata Irvan saat ditemui usai acara bedah buku "Atlantis The Lost Continent Finaly Found" karya Prof. Arysio Santos, di Jakarta, Jumat, 11 Juli 2025.
Ia menyebut potensi kreatif bisa datang dari penjualan merchandise di titik-titik lokasi pariwisata yang berhubungan dengan penemuan adanya peradaban Atlantis. Selain merchandise, masyarakat lokal juga bisa memanfaatkan gambar ikon-ikon khas Atlantis yang dicetak melalui media baju atau aksesori lainnya.
Buku Atlantis dan Keterkaitan Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Penjualan merchandise bisa dengan memanfaatkan titik penjemputan wisatawan seperti pelabuhan. Hal ini bisa menjadi daya tarik wisatawan yang datang berkunjung sekaligus memperkenalkan wisata Indonesia kepada penikmat sejarah dari dalam dan luar negeri.
"Karena sektornya ekraf kan banyak banget, ya. Jadi kayaknya ekraf sangat melengkapi pariwisata," sebut Irvan.
Irvan mengatakan jika atraksi wisata Atlantis menarik perhatian publik, pariwisata daerah di Indonesia juga akan naik yang nantinya akan menjadi destinasi baru yang bisa dipromosikan oleh kementerian terkait. Selain itu, lokasi penemuan Atlantis juga bisa dijadikan film yang juga akan menjadi media promosi lebih luas kepada masyarakat.
Seiring dengan penelitian yang terus berkembang tentang penemuan bukti peradaban Atlantis ada di Indonesia, Ia mengatakan harus ada edukasi yang kuat kepada masyarakat lokal karena terkait dengan kepercayaan tentang sejarah peradaban Indonesia.
Atlantis Sebagai Storytelling yang Kuat
"Atlantis sebagai salah satu storytelling yang kuat, yang bikin orang nggak ada apa-apa, tapi karena di tempat itu adalah Atlantis, orang jadi 'wah', tapi saya pikir memang PR berat, untuk meyakinkan orang cerita tentang Atlantis ini dulu," katanya.
Buku "Atlantis The Lost Continent Finaly Found" berisi tentang perjalanan 30 tahun penelitian Prof. Arysio Santos yang seorang fisikawan nuklir dan ahli geologi, yang memastikan kepada dunia bahwa situs Atlantis adalah Indonesia.
Berbagai bukti ilmiah dituangkan dalam buku Atlantis The Lost Continent Finally Found yang sudah diterjemahkan juga ke dalam Bahasa Indonesia, salah satunya ciri-ciri Atlantis yang dicatat Plato dalam dua dialognya berjudul Timaeus dan Critias, disebut sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia.
Lewat buku ini, penulis mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan baru dan pemahaman tentang sejarah manusia dan menegaskan peran penting Indonesia dalam perkembangan peradaban dunia.