Liputan6.com, Jakarta - Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) didemo buntut rencana pengadaan seaplane dan area glamping di kawasan tersebut, setelah pembangunan kereta gantung dikonfirmasi batal. Proyek tersebut dianggap tidak sesuai prinsip pelestarian alam dan semangat keberlanjutan yang digaungkan Rinjani.
Menanggapi itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani merilis pernyataan melalui situs webnya, menulis, "Kami memfasilitasi proses permohohan izin dengan berpedoman pada Peraturan Menteri LHK Nomor 3 Tahun 2021 dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.8/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2019, serta kesesuaian zonasi dan ruang (berada di zona pemanfaatan dan ruang usaha)," seperti dikutip Jumat (11/7/2025).
Mekanisme perizinan berusaha yang diajukan PT. Solusi Pariwisata Inovatif (SPI), klaim mereka, adalah Perizinan Berusaha Pengusahaan Sarana Jasa Lingkungan Wisata Alam (PBPSWA). Permohonan ini dilakukan melalui Lembaga OSS yang prosesnya berada di tiga kementerian: Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, serta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Sudah sampai Mana Permohonannya?
Hingga kini, kata Balai TNGR, permohonan perizinan PT SPI berada pada tahap pemenuhan persyaratan Izin Lingkungan (UKL UPL) yang kewenangannya di bawah Kementerian Lingkungan Hidup. "Aspek kelestarian lingkungan dikaji lebih detail pada dokumen Izin Lingkungan," sebut mereka.
"Bila dinilai tidak memenuhi standar kelestarian lingkungan, izin lingkungan tidak diterbitkan dan permohonan izin tidak dapat diproses ke tahap selanjutnya. Pada prinsipnya, Balai TNGR tetap memprioritaskan prinsip kehati-hatian demi kelestarian kawasan dan kemanfaatan ekonomi bagi masyarakat melalui proses perizinan berusaha."
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyatakan rencana pembangunan kereta gantung dari jalur pendakian Lombok Tengah menuju kawasan Gunung Rinjani batal. "Kabar dari investor hilang, jadi batal," kata Kepala Bapperida Lombok Tengah Lalu Wiranata di Lombok Tengah, 4 Juli 2025, lapor Antara.
Ia mengatakan, peletakan batu pertama pembangunan kereta gantung tersebut telah dilakukan oleh investor asal China bersama pemerintah daerah pada 2022 dan semula ditargetkan rampung tahun 2025.
Kenapa Batal?
"Alasan batal kami tidak tahu. Kemungkinan alasan internal perusahaan," katanya. Ia mengatakan, pemerintah daerah telah melaporkan hal tersebut pada Pemerintah Provinsi NTB, agar mencarikan investor lain, sehingga pembangunan kereta gantung tersebut bisa terwujud.
"Kami berharap supaya dicarikan investor baru," imbuhnya. Ia mengatakan, pembangunan kereta gantung diharapkan dapat memperkuat pengembangan pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. Selain itu, destinasi wisata tersebut bisa meningkatkan kunjungan wisatawan asing maupun domestik di Lombok Tengah.
"Kami tetap mendukung pembangunan itu," sebut Lalu. Ia mengatakan, jika terbangun, kereta gantung itu tidak hanya jadi sumber pendapatan asli daerah (PAD), namun berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). "Dampak ekonomi pasti ada. Semoga bisa terwujud," harapnya.
Lokasi pembangunan kereta gantung Rinjani berada di kawasan hutan lindung di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Total luas lahan yang digunakan untuk kereta gantung tersebut mencapai 500 hektare dengan panjang jalur kereta mencapai 10 kilometer yang nantinya juga dilengkapi fasilitas pendukung lain.
Wacana Kereta Gantung yang Tinggal Cerita
Pembangunan kereta gantung di Rinjani menelan anggaran Rp2,2 triliun. Lokasi puncak pemberhentian kereta gantung terletak sekitar dua kilometer di bawah Pos Pelawangan Rinjani.
Sebelumnya pada 18 Desember 2022, Gubernur NTB Zulkieflimansyah bersama Bupati Lombok Tengah Lalu Fathul Bahri melakukan peletakan batu pertama pembangunan kereta gantung tersebut. Zulkieflimansyah mengatakan, pembangunan kereta gantung dari Desa Karang Sidemen, Lombok Tengah menuju Gunung Rinjani bakal meningkatkan kunjungan wisatawan di provinsi itu.
"Pembangunan kereta gantung ini menjadikan Provinsi NTB sebagai kawasan pariwisata yang lengkap," tutur dia.
Gubernur tidak menampik, setiap hal baru tentu selalu ada "riak" yang biasanya muncul akibat kurangnya sosialisasi dan komunikasi. Namun, pembangunan kereta gantung akan menampilkan keindahan alam di Lombok dari atas untuk yang tidak kuat mendaki Gunung Rinjani.
"Proyek ini ditargetkan akan rampung pada 2025," ujarnya saat itu.