Bukan Cantik, Perawatan Viral Merusak Kulit Remaja Menurut Studi

7 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Video seputar perawatan kulit cantik dan sehat membanjiri media sosial, seperti TikTok. Klip-klip viral itu menggelitik para pengguna, termasuk dari kalangan remaja, untuk ikut mengadopsi rutinitas perawatan tersebut.

Alhasil, video anak-anak sekolah menengah, bahkan bocah berusia tujuh tahun, menggunakan serum, krim mata, dan eksfoliator pada kulit yang sudah halus nan muda, mulai wara-wiri di platform sosial. Penelitian baru mengonfirmasi bahwa perawatan kulit viral berisiko membuat remaja mengalami alergi kulit seumur hidup.

Melansir Newsweek, Selasa (17/6/2025), studi peer-reviewed baru dari Northwestern Medicine, yang diterbitkan pada 9 Juni 2025 di Pediatrics, mengidentifikasi tanda bahaya tentang tren populer rutinitas perawatan kulit remaja yang dibagikan di media sosial.

Studi ini adalah yang pertama dari jenisnya yang meneliti risiko dermatologis dan psikologis terkait rejimen kecantikan viral ini. Penulis menemukan, anak perempuan berusia antara 7─18 tahun menggunakan rata-rata enam produk perawatan kulit yang berbeda setiap hari, dengan beberapa tercatat mengaplikasikan lebih dari selusin produk.

Makan Biaya Juga

"Sangat mengkhawatirkan mendapati anak perempuan mencurahkan begitu banyak waktu dan perhatian pada kulit mereka," kata penulis korespondensi Dr. Molly Hales, seorang peneliti pascadoktoral dan dokter kulit bersertifikat di departemen dermatologi di Fakultas Kedokteran Feinberg Universitas Northwestern.

Biaya finansialnya juga mengkhawatirkan. Rata-rata rutinitas perawatan kulit remaja menghabiskan biaya 168 dolar Amerika Serikat (AS), atau Rp2,7 juta, per bulan, menurut penelitian, dengan beberapa di antaranya mencapai lebih dari 500 dolar AS, atau sekitar Rp8,1 juta.

Meski digembar-gemborkan, rutinitas perawatan kulit sering mengabaikan hal-hal mendasar. Salah satu temuan studi tersebut, yakni hanya 26 persen dari rutinitas perawatan siang hari yang menyertakan tabir surya—kekeliruan yang kritis, terutama untuk kulit yang sedang berkembang.

Namun, bukan hanya uang yang terbuang sia-sia. Penelitian tersebut menemukan bahwa video perawatan kulit yang paling banyak ditonton menampilkan rata-rata 11 bahan aktif yang berpotensi mengiritasi.

Risiko Iritasi

Campuran asam, retinoid, dan wewangian dalam produk perawatan kecantikan meningkatkan risiko dermatitis kontak alergi. Ini termasuk alergi kulit seumur hidup yang dapat secara permanen membatasi penggunaan sabun, sampo, dan kosmetik tertentu.

"Risiko iritasi yang tinggi itu berasal dari penggunaan beberapa bahan aktif sekaligus, seperti asam hidroksi, serta penggunaan bahan aktif yang sama berulang-ulang tanpa disadari, padahal bahan aktif itu ditemukan dalam tiga, empat, lima produk berbeda," kata Hales.

Di satu video yang dianalisis, seorang kreator konten mengaplikasikan 10 produk terpisah hanya dalam waktu enam menit. Di akhir klip, wajahnya tampak memerah dan teriritasi.

"Saat mengaplikasikan produk, dia mulai merasakan ketidaknyamanan dan rasa terbakar, dan dalam beberapa menit terakhir, dia menunjukkan reaksi kulit yang nyata," kata penulis senior Dr. Tara Lagu, dosen kedokteran dan ilmu sosial medis di Feinberg dan mantan dokter spesialis penyakit dalam di Northwestern Medicine.

Pola yang Meresahkan

Para peneliti juga mengamati pola yang meresahkan dalam estetika dan pesan dari video viral ini. "Kami melihat bahwa ada bahasa rasial yang disandikan dan diutamakan dalam beberapa kasus yang benar-benar menekankan kulit lebih cerah dan lebih terang," kata Lagu. "Saya pikir, ada juga hubungan nyata antara penggunaan rejimen ini dan konsumerisme."

Para peneliti menyimpulkan bahwa video tersebut cenderung tidak memberi manfaat kesehatan bagi anak-anak yang menontonnya. Namun, video tersebut hampir tidak mungkin dipantau orangtua atau dokter anak, berkat algoritme yang tidak tepercaya yang mendukung halaman "For You" TikTok.

"Kami menetapkan standar yang sangat tinggi untuk gadis-gadis ini," kata Hales. "Mengejar kesehatan telah jadi semacam kebajikan dalam masyarakat kita, tapi cita-cita 'kesehatan' juga sangat terkait dengan cita-cita kecantikan, ketipisan, dan kulit putih. Hal yang berbahaya tentang 'perawatan kulit' adalah bahwa prosesinya mengklaim tentang kesehatan."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |