Liputan6.com, Jakarta - Setidaknya 26 orang tewas dan belasan lainnya terluka dalam serangan teror yang diduga terjadi di Jammu dan Kashmir, wilayah Himalaya yang dipersengketakan, pada Selasa, 22 April 2025. Kepala Menteri Wilayah Jammu dan Kashmir, Omar Abdullah menggambarkan serangan itu jauh lebih besar dari insiden yang pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir.
Mengutip CNN, Rabu (23/4/2025), serangan terjadi Lembah Baisaran, yakni destinasi wisata populer di Pahalgam, Distrik Anantnag yang dikelilingi gunung-gunung. Lokasinya hanya dapat diakses dengan berjalan kaki atau menunggang kuda.
Pihak berwenang meyakini sebagian besar dari 26 orang yang tewas adalah wisatawan. Pihak berwenang mencurigai militan sebagai dalang serangan penembakan tersebut.
Dilaporkan pula bahwa korban terluka sudah dibawa ke rumah sakit utama distrik untuk mendapatkan perawatan. "Belum jelas apakah warga negara asing termasuk di antara korban," kata V K Birdi, inspektur jenderal polisi di Kashmir.
Seorang saksi mata mengatakan kepada kantor berita India PTI bahwa orang-orang bersenjata tak dikenal menembaki para wisatawan dari jarak dekat. "Suami saya ditembak di kepala sementara tujuh lainnya juga terluka dalam serangan itu," kata seorang wanita yang selamat, menurut PTI.
Korps Angkatan Darat India yang bertanggung jawab atas operasi militer di daerah tersebut mengatakan operasi pencarian sedang berlangsung untuk menyeret para penyerang ke pengadilan. Menteri Dalam Negeri India Amit Shah tiba di wilayah tersebut pada hari kejadian dan langsung memimpin pertemuan keamanan tingkat tinggi. Sementara, Asosiasi Sekolah Swasta Jammu dan Kashmir mengumumkan bahwa semua sekolah swasta akan ditutup pada hari ini.
Kecaman PM India dan Dukungan dari Donald Trump
Perdana Menteri India Narendra Modi mengutuk serangan itu dan menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang terdampak dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke X.
"Mereka yang berada di balik tindakan keji ini akan diadili ... mereka tidak akan luput! Agenda jahat mereka tidak akan pernah berhasil. Tekad kami untuk melawan terorisme tidak tergoyahkan dan akan semakin kuat," tulisnya.
Presiden AS Donald Trump dan Wakil Presiden JD Vance yang sedang mengunjungi India bersama keluarganya juga mengutuk serangan itu. Trump menyebutnya sangat meresahkan dan menyatakan solidaritas AS dengan India melawan terorisme.
"Kami berdoa untuk jiwa-jiwa mereka yang hilang, dan untuk pemulihan para korban luka. Perdana Menteri Modi, dan rakyat India yang luar biasa, memiliki dukungan penuh kami dan belasungkawa terdalam kami. Hati kami bersama Anda semua," tulis Trump di Truth Social.
Trump kemudian menelepon Modi untuk menyampaikan belasungkawa, menurut Kementerian Luar Negeri India.
Tudingan India pada Pakistan
Begitu pula dengan Vance yang mengunggah belasungkawanya di X. "Selama beberapa hari terakhir, kami telah terpesona oleh keindahan negara ini dan rakyatnya. Pikiran dan doa kami bersama mereka saat mereka berduka atas serangan mengerikan ini," tulisnya.
Serangan itu juga mendapat kecaman dan belasungkawa dari negara-negara termasuk Rusia, Ukraina, Israel, Iran, Prancis, Italia, dan UEA.
Di tengah suasana panas, seorang juru bicara regional dari partai yang berkuasa di India, Bharatiya Janata Party (BJP), menuduh Pakistan memicu terorisme di wilayah tersebut dan menyebut serangan itu sebagai hasil dari frustrasi Pakistan.
"Pakistan dan proksinya tidak dapat mencerna kembalinya kedamaian dan pariwisata di Jammu dan Kashmir. Mereka ingin menekan pertumbuhan dan menceburkan wilayah tersebut kembali ke dalam ketakutan. Tapi kita tidak akan membiarkan itu terjadi," kata Altaf Thakur.
Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif membantah terkait dengan serangan itu. "Kami tidak ada hubungannya dengan ini, dan kami tidak mendukung terorisme di mana pun," katanya dalam sebuah wawancara TV dengan sebuah outlet berita Pakistan.
Kasus Kekerasan Menodai Keindahan Kashmir
Pahalgam terletak di jalur ziarah utama, yang dikenal sebagai Amarnath Yatra, yang berlangsung setiap tahun. Ribuan wisatawan berbondong-bondong ke Kashmir selama musim puncaknya setiap tahun, yang berlangsung dari Maret hingga Agustus.
Serangan teror besar terakhir di wilayah tersebut terjadi pada Juni 2024. Sedikitnya sembilan orang tewas dan 33 lainnya terluka karena sebuah bus yang membawa peziarah Hindu terjun ke jurang setelah militan yang dicurigai menembaki kendaraan tersebut.
Wilayah Himalaya yang indah, yang sebagian dikelola oleh India dan Pakistan, tidak asing dengan insiden kekerasan, tetapi serangan yang menargetkan wisatawan jarang terjadi. Selama lebih dari dua dekade, beberapa kelompok militan domestik yang menuntut kemerdekaan untuk Kashmir atau untuk daerah tersebut menjadi bagian dari Pakistan, melawan pasukan keamanan India, dengan puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan tersebut.
Kekerasan meningkat pada 2018. Pemerintah India mengambil alih kendali wilayah tersebut pada 2019 dengan menghadirkan pasukan militer yang kuat dan pemadaman komunikasi selama berbulan-bulan. Meskipun pemerintah India mengklaim gerakan militan sejak itu berkurang, serangan terus melanda wilayah tersebut.