Liputan6.com, Jakarta - Masalah sampah plastik masih jadi pekerjaan rumah bersama. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK 2023, Indonesia menghasilkan 56,6 juta ton sampah dengan 18 persen di antaranya, sekitar 10 juta ton, adalah sampah plastik. Namun, hanya 39,01 persen atau 22,09 juta ton yang berhasil dikelola secara layak.
Berangkat dari situasi tersebut, program Bijak Plastik Sejak Dini diluncurkan sejak 2021 yang menyasar anak-anak sebagai target edukasi utama. Tujuannya adalah membangun karakter generasi penerus yang peduli lingkungan dan bijak plastik sejak dini.
Tahun ini, lewat program workshop, anak-anak kembali diajarkan mengelola sampah plastik sejak dini, termasuk mengarungi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah plastik melalui program bank sampah di sekolah. Berbeda dari sebelumnya, penyampaian edukasi diramaikan dengan sesi dongeng oleh Nia Ramlan.
Selain itu, kegiatan bank sampah 2025 juga dilombakan untuk memotivasi peserta didik. Total delapan sekolah mitra yang berkompetisi dengan total hadiah Rp30 juta. Pemenang lomba tersebut adalah SDN Pesanggrahan 09 Pagi Jakarta Selatan.
"Dengan menumbuhkan kebiasaan bijak plastik sejak dini, karakter cinta lingkungan akan tumbuh secara alami seiring waktu, tanpa harus melawan kebiasaan lama yang sudah terbentuk," jelas Marfusita Hamburgiwati selaku Country Lead of Corporate & Government Affairs Mondelez Indonesia, dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.
Menyelesaikan Masalah Plastik Perlu Kolaborasi
Program tersebut juga menyambut empat sekolah mitra baru sehingga total ada 12 sekolah mitra dengan lebih dari 5.700 siswa berprestasi. Selama empat tahun berjalan, program tersebut bisa mengumpulkan total 56,7 ton sampah dengan 27,5 ton di antaranya sampah plastik.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Khamim mengatakan, hadirnya inisiatif itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam Penguatan Pendidikan Karakter yang tertuang dalam Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, khususnya pada pilar kebiasaan bermasyarakat.
"Kebiasaan bermasyarakat mengajarkan bahwa setiap individu tidak hanya bertanggung jawab atas kesejahteraan diri sendiri, tetapi juga harus peduli pada kesejahteraan bersama dan kelestarian lingkungan. Kolaborasi serta peran aktif dari berbagai pihak tentunya sangatlah dibutuhkan demi mendorong terciptanya dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang," ujar Khamim.
3 Hal untuk Menumbuhkan Rasa Cinta pada Lingkungan
Agus Rusly, Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular (KLH) mengatakan program edukasi lingkungan sejak dini merupakan salah satu investasi terbaik untuk memastikan peningkatan pengelolaan sampah di masa depan.
"Dengan menanamkan karakter Bijak Plastik Sejak Dini, kita tidak sekadar mengajarkan anak untuk memilah dan mengurangi sampah, tetapi kita sedang menumbuhkan kesadaran bahwa mereka adalah bagian dari solusi besar sirkular ekonomi nasional," ujar Agus.
Ia menekankan bahwa sampah adalah tanggung jawab kita pribadi. "Pilah dan olah sampah mulai dari rumah kita masing-masing dan jadilah agen perubahan untuk pencapaian 100 persen sampah terkelola pada 2029," kata dia.
Meski begitu, mengerjakan tidak semudah melaksanakan, khususnya dalam mengubah pola pikir keluarga. Julia Jasmine, kreator konten hidup berkelanjutan, menyatakan ada tiga hal utama yang bisa diterapkan untuk menumbuhkan kebiasaan lingkungan di dalam keluarga.
"Pertama, menumbuhkan kesadaran bahwa sampah kita, tanggung jawab kita, selanjutnya masuk ke tahap memulai pembiasaan dengan menekankan pemikiran tidak apa jika pilah sampah belum sempurna, dan terakhir terus perkaya pengetahuan dengan belajar dari buku maupun ikut kegiatan terkait lingkungan," urainya.
Gunung Sampah Bantar Gebang
Dalam kesempatan berbeda, Presiden Prabowo Subianto menyoroti soal volume sampah di sejumlah Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) yang sudah menggunung dan mengkhawatirkan. Dia mencontohkan tumpukan sampah di TPST Bantar Gebang, Bekasi yang mencapai 55 juta ton.
"Ada tempat-tempat sampah yang, sampahnya sudah menggunung, terutama untuk DKI, Bantar Gebang, Bandung, untuk Surabaya, dan untuk Bali," kata Prabowo saat memimpin sidang kabinet paripurna 1 tahun pemerintahan di Istana Negara Jakarta, Senin, 20 Oktober 2025.
"Kalau tidak salah, di Bantar Gebang itu saya dapat laporan, sudah mencapai puluhan juta ton itu. 55 juta ton. Limbahnya 55 juta ton. Sudah menggunung," sambungnya.
Dia menekankan pengelolaan sampah menjadi hal mendesak yang harus segera ditangani. Pasalnya, kata Prabowo, gunungan sampah itu akan membahayakan masyarakat sekitar apabila terjadi hujan deras.
"Kalau terjadi hujan deras, dia bisa membahayakan banyak kampung di sekitar itu. Ini segera akan kita lakukan," ujarnya.