Pentingnya Pelibatan Gen Z dalam Aksi Ketahanan terhadap Cuaca Ekstrem

5 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca ekstrem adalah fenomena alam yang terus berulang terjadi. Setiap manusia perlu berkontribusi untuk menekan laju perubahannya, termasuk para anak muda.

Untuk itu, ChildFund International di Indonesia menggelar program Green Leaders for Our Wellbeing (GLOW) Ambassador yang memilih 107 pemuda Gen Z dari 39 kabupaten/kota berusia 17─24 tahun jadi duta aksi iklim. Mereka mendapat dukungan dan kapasitas untuk memimpin aksi hijau dan mengembangkan inovasi di komunitas masing-masing selama Januari─Juni 2025.

"Kampanye GLOW Ambassador bertujuan menumbuhkan kesadaran pemuda terhadap krisis lingkungan dan menginspirasi gerakan di mana kaum muda jadi pelopor ketahanan terhadap cuaca ekstrem melalui peer-to-peer influence," jelas Meinrad Indra Cahya, Senior Program Specialist ChildFund International di Indonesia, dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Meinrad, pelibatan anak dan remaja dalam aksi lingkungan berkelanjutan sangat penting dilakukan. Selain karena anak dan remaja jadi bagian yang terdampak degradasi lingkungan, mereka jugalah yang akan memimpin Indonesia di masa depan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada 64,16 juta pemuda berusia 16─30 tahun di Indonesia pada 2023. Jumlah itu setara dengan 23,18 persen dari total penduduk Indonesia sepanjang tahun lalu. 

Pemuda Adalah Mitra

Ditinjau dari kelompok umurnya, sebanyak 39,78 persen berada di kelompok umur 19─24 tahun, sementara 39,05 persen berusia 25─30 tahun, dan sisanya 21,17 persen berusia 16─18 tahun. Hikmah Ubaidillah, Senior Communications Specialist ChildFund International di Indonesia, mengatakan bahwa kampanye tersebut sengaja dirancang menyasar Gen Z yang berusia 17─24 tahun yang dikenal dengan kecakapan digital dan keterhubungan yang kuat dengan isu-isu sosial.

"Mereka sangat terlibat dengan masalah keberlanjutan lingkungan dan memiliki potensi untuk memengaruhi opini publik yang lebih luas melalui media sosial," kata Hikmah.

Dalam program tersebut, pihaknya menggandeng Indonesia Youth Advisory, sebuah wadah beranggotakan remaja dan dewasa muda berusia 15─24 tahun yang tersebar di tujuh provinsi.

"Bagi ChildFund International di Indonesia, pemuda bukanlah penerima manfaat, tapi mereka adalah mitra dan kolaborator program kami. Pemuda telah menjadi bagian tak terpisahkan dari semua program ChildFund International di Indonesia, termasuk dalam pembangunan ketahanan terhadap dampak cuaca ekstrem," jelas Meinrad.

3 Tahap Pelaksanaan Kampanye

Hikmah menyatakan bahwa inisiatif itu merupakan platform untuk meningkatkan kapasitas dengan memberikan alat dan pengetahuan yang membantu anak-anak muda mengindentifikasi masalah, mencari solusi, dan menyuarakannya. Pasalnya, banyak anak muda yang merasa tak berdaya, tapi ingin berkontribusi nyata.

Pelaksanaannya melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah membangun kesadaran tentang degradasi lingkungan dan pentingnya peran pemuda melalui kolaborasi dengan komunitas pemuda, pelibatan influencer, serta pengembangan konten oleh pemuda. Fase kedua berfokus pada membangkitkan rasa pemberdayaan, harapan, dan keterlibatan komunitas melalui lokakarya dan online bootcamp, peer-to-peer influence, serta tantangan dan kompetisi.

"Tahap akhir adalah mendorong tindakan nyata dan komitmen dari duta dan pemuda lainnya melalui aktivasi media sosial dan proyek sosial oleh peserta GLOW Ambassador, diskusi dan pelibatan pemangku kepentingan serta National Youth Capacity Enhancement bagi peserta terpilih," jelas Hikmah.

Bagi Fikri (20) dari Semarang, yang telah merasakan dampak krisis lingkungan global beberapa tahun belakangan, gerakan GLOW Ambassador ini meningkatkan kesadaran dan komitmennya dalam aksi iklim.

Tak Sekadar Belajar, tapi juga Berinisiatif

"GLOW Ambassador membuka peluang bagi saya untuk menyuarakan keprihatinan tentang dan aksi-aksi yang saya lakukan, yang selama ini belum saya ekspos ke media sosial. Saya berharap ini bisa menginspirasi pemuda yang belum menyadari kondisi ini," tutur Fikri. 

Ia menyatakan bahwa kegiatan-kegiatan GLOW Ambassador, yang memungkinkannya terhubung dengan pemuda dari berbagai wilayah di Indonesia, menyadarkannya bahwa perubahan cuaca dan lingkungan yang ekstrem tak hanya berdampak kepada masyarakat di Pulau Jawa. Banyak krisis lingkungan di area lain yang belum terekspos.

Sementara itu, lewat program tersebut, Natasya (20) dari Semarang berinisiatif menciptakan permainan Greenopoly (Green Monopoly) untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran tentang krisis lingkungan di kalangan anak dan remaja. Sari (22) dari Bogor mengembangkan bank sampah digital untuk mengelola sampah secara modern dan berkelanjutan.

"Kami percaya, perubahan besar berawal dari kepedulian yang sederhana. Sebagai GLOW Ambassador, mereka belajar memimpin dengan hati, merawat bumi dengan harapan, dan berjalan bersama mereka yang juga bermimpi tentang dunia yang lebih baik," ujar Meinrad.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |