Rahayu Oktaviani Sang Penyambung Nyanyian Owa Jawa Meraih Whitley Award 2025

1 day ago 30

Liputan6.com, Jakarta - Adalah Rahayu Oktaviani, seorang peneliti yang telah mendedikasikan 17 tahun hidupnya untuk melestarikan Owa Jawa, salah satu primata yang terancam punah. Perjalanan panjangnya kini telah mengantarnya pada Whitley Award 2025.

Merujuk situs webnya, Senin (2/6/2025), penghargaan itu diinisiasi Whitley Fund for Nature, sebuah lembaga amal berbasis di Inggris. "Kami telah menyalurkan 24 juta pound sterling pada 220 pemimpin konservasi di 80 negara di belahan Bumi selatan, yang memberi manfaat bagi satwa liar, lanskap, dan masyarakatm" tulis mereka.

Tahun ini, Whitley Award diberikan pada beberapa sosok, termasuk Ayu, sapaan akrabnya. Di profil pemenang, Whitley Award menulis, "Jawa, pulau terpadat di Indonesia, telah kehilangan sebagian besar hutannya akibat pertanian, urbanisasi, dan infrastruktur. Saat ini, kurang dari 10 persen wilayah pulau tersebut berhutan, dan owa Jawa yang terancam punah hanya bertahan hidup di petak-petak yang terfragmentasi."

Memanfaatkan Whitley Award

"Taman Nasional Gunung Halimun Salak, blok hutan terbesar yang tersisa di Jawa, merupakan rumah bagi 25–50 persen populasi spesies tersebut. Namun, aktivitas manusia di dalam dan sekitar taman tersebut mengancam habitatnya, sehingga owa Jawa berisiko terisolasi dan punah secara lokal."

Dengan Whitley Award, Ayu dan timnya di Konservasi Ekosistem Alam Nusantara (KIARA) akan fokus pada lima area kritis di dalam taman nasional tempat desa-desa tumpang tindih dengan habitat utama owa Jawa. Demi melindungi primata yang dikenal melalui nyanyian khasnya itu, mereka percaya, upayanya lebih dari sekadar perlindungan hukum.

"Meningkatkan kesadaran dan mempromosikan rasa bangga hidup berdampingan dengan owa Jawa adalah elemen kunci dari rencana mereka untuk mencapai keberhasilan jangka panjang. Berdasarkan penelitian selama satu dekade tentang perilaku owa Jawa dan kebutuhan habitat, Ayu dan timnya akan bekerja sama dengan anggota masyarakat, penjaga taman nasional, dan pengelola untuk membangun kapasitas, memantau keanekaragaman hayati, serta memandu strategi konservasi menuju visi bersama."

Melibatkan Komunitas Lokal

Sejalan dengan itu, Ayu dan timnya disebut akan bekerja sama dengan masyarakat setempat untuk mengidentifikasi dan mengembangkan mata pencaharian berkelanjutan yang relevan. "Melalui inisiatif Ambu Halimun KIARA, mereka menyelenggarakan lokakarya eco-print dan pelatihan literasi keuangan bagi perempuan setempat, memberdayakan peserta, dan menciptakan aliran pendapatan berkelanjutan."

Dengan Whitley Award, tim akan memperluas kesempatan ini, mendukung lebih banyak perempuan dengan pelatihan keuangan dan kepemimpinan, serta mendorong keterlibatan yang lebih besar dalam konservasi dan pengambilan keputusan masyarakat.

Mereka juga akan memperluas pendidikan dan penyuluhan konservasi di sekolah dan masyarakat, melibatkan setidaknya 300 siswa dan 100 rumah tangga. Tidak ketinggalan, Ayu dan timnya akan meningkatkan kapasitas otoritas Taman Nasional Gunung Halimun Salak untuk merancang rencana pengelolaan konservasi yang efektif berdasarkan data yang dapat diandalkan.

"Ayu dan tim juga akan mengembangkan dan menyebarluaskan materi penyuluhan tentang siamang Jawa berdasarkan pemantauan jangka panjang," tulis Whitley Award.

Pemenang Lainnya

Di akun Instagram-nya, 7 Mei 2025, Ayu mengungkap bahwa penghargaan itu diberikan langsung oleh Putri Anne, anak perempuan semata mayang mendiang Ratu Elizabeth II. "Putri Anne adalah pelindung @whitleyawards. Setiap tahun, ia menghadiri upacara penghargaan untuk menghormati dan bertemu para pegiat konservasi yang diakui atas karya mereka."

"Tahun ini, saya mendapat kehormatan jadi salah satu dari mereka. Sebelum acara dimulai, Victoria dari tim Whitley memandu kami berenam, penerima penghargaan tahun ini, ke posisi kami. 'Kalian masing-masing akan menyapa Putri Anne sebentar lagi,' katanya."

Selain Ayu, pemenang lainnya adalah:

  • Andrés Link dari Kolombia, dengan "Koridor kanopi: Menghubungkan kembali monyet laba-laba cokelat di Kolombia."
  • Federico Kacoliris dari Argentina, dengan "Penjaga Keanekaragaman Hayati Dataran Tinggi Somuncurá."
  • Yara Barros dari Brasil, dengan "Koeksistensi kucing besar: Melestarikan jaguar di Taman Nasional Iguaçu."
  • Reshu Bashyal dari Nepal, dengan "Hutan Penyembuhan: Melindungi tanaman obat di Nepal."
  • Farina Otman dari Malaysia, dengan "Menghubungkan lanskap gajah Kalimantan di Sabah."
Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |