Jenazah Juliana Marins yang Jatuh di Gunung Rinjani Tiba di Brasil, Diautopsi Ulang hingga Rencana Pemakaman

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Jenazah Juliana Marins─pendaki yang jatuh di Gunung Rinjani─ tiba di Brasil dan langsung menjalani autopsi ulang. Sekretariat Negara Kepolisian Sipil Rio de Janeiro, melalui Departemen Umum Kepolisian Teknis-Ilmiah (DGPTC), melaporkan bahwa autopsi terhadap Juliana telah selesai pada Rabu pagi, 2 Juli 2025, waktu setempat.

Selanjutnya, jenazah diserahkan untuk diambil keluarga, lapor CNN Brasil, seperti dikutip Kamis (3/7/2025). Autopsi kedua dilakukan dua orang ahli forensik dari Kepolisian Sipil setempat dan disaksikan seorang ahli medis dari Kepolisian Federal, serta seorang asisten teknis yang mewakili keluarga.

Menurut polisi, autopsi dimulai pukul 08.30 waktu setempat dan berlangsung lebih dari dua jam. Laporan awal diharapkan akan disampaikan dalam tujuh hari mendatang.

Perdebatan mengenai laporan autopsi sebelumnya dipicu gugatan pada Minggu, 29 Juni 2025, oleh Kantor Pembela Umum Persatuan (DPU) atas permintaan keluarga, dan diterima oleh Kantor Jaksa Agung Persatuan (AGU). Menurut pembela Taísa Bittencourt Leal Queiroz, autopsi ulang diminta karena "kurangnya klarifikasi mengenai penyebab dan waktu pasti kematian" dalam laporan polisi Indonesia.

Penyebab Kematian

Autopsi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa penyebab kematian Juliana Marins adalah trauma tumpul akibat terjatuh. Pemeriksaan juga menunjukkan bahwa Juliana meninggal sekitar 20 menit setelah terjatuh. Namun, pihak keluarga mempertanyakan pemeriksaan tersebut dan meminta dilakukan autopsi di Brasil.

CNN Brasil berbicara dengan ahli forensik dan pemeriksa medis Caroline Daitx, yang menyoroti keterbatasan teknis parah yang mungkin dihadapi dalam autosi baru. "Autopsi pertama sudah memanipulasi organ-organ internal, sehingga mustahil untuk, misalnya, memperkirakan volume darah yang hilang, sesuatu yang bisa jadi penting untuk lebih memahami dinamika kematian," jelas Daitx.

Metode pengawetan jenazah Juliana juga mengubah jaringan secara permanen dan membuat pemeriksaan lainnya jadi mustahil. Dokter spesialis menyoroti keterbatasan cakupan teknis yang mungkin tidak menawarkan rekonstruksi kematian secara terperinci, karena, selain gangguan pengawetan, prosedur invasif pada autopsi pertama mengubah susunan anatomi asli tubuh.

Hasil Autopsi di Indonesia

Bagi Daitx, meski ada keterbatasan, prosedur kedua dapat berkontribusi pada identifikasi kemungkinan ketidakkonsistenan dalam laporan sebelumnya atau membantu investigasi, selain mencerminkan upaya sah menuju transparansi dan bantuan dalam kasus tersebut.

Sebelumnya, dokter spesialis forensik RSBM Ida Bagus Putu Alit di Denpasar, Bali, Jumat, 27 Juni 2025, mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan pada tubuh Juliana, ditemukan luka-luka di seluruh tubuh korban. Sebagian besar luka-luka itu berupa luka lecet geser yang menandakan korban terkena benda-benda tumpul saat terjatuh di Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Gunung Rinjani, Lombok, NTB, lapor Antara.

Selain ditemukan luka kekerasan tumpul, forensik juga menemukan patah tulang di bagian dada, tulang belakang, punggung, dan tulang paha, dengan luka paling parah berada di bagian punggung. "Dari patah-patah tulang inilah terjadi kerusakan organ dalam dan pendarahan," ungkapnya.

Dokter Alit mengungkap, luka di kepala korban disebut belum menimbulkan herniasi pada otak, sedangkan luka di bagian dada dan perut menyebabkan pendarahan cukup banyak dan tidak ada organ yang mengkerut. Pendarahan paling banyak terjadi di rongga dada korban.

Rencana Pemakaman

Atas dasar pemeriksaan medis tersebut, Dokter Alit menyimpulkan, korban meninggal dalam jangka waktu yang sangat singkat dari luka yang terjadi. "Kami tidak menemukan bukti-bukti bahwa kematian itu terjadi dalam jangka waktu yang lama dari luka terjadi," katanya.

Kendati menyebut Juliana meninggal dalam waktu 20 menit setelah terjatuh, ia tidak menyebutkan hari, tanggal, dan jam turis Brasil itu menghembuskan napas terakhir. Alit mengungkap, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.

Mengenai dugaan korban meninggal karena hipotermia, ia menyebut, pihaknya tidak dapat memastikan karena kondisi jenazah saat diautopsi sudah dimanipulasi dengan dimasukkan ke dalam freezer.

Di sisi lain, upacara pemakaman Juliana akan dibuka untuk umum besok, Jumat, 4 Juli 2025, di Pemakaman Parque da Colina, Niterói, kampung halamannya. Momen perpisahan yang terbuka untuk umum akan berlangsung dari pukul 10 pagi hingga 12 siang.

Upacara penghormatan terakhir yang hanya dihadiri teman dan keluarga Juliana, akan dimulai pukul 12.30 siang dan berakhir pukul 3 sore, waktu setempat. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |